Wednesday, October 19, 2011

Asuhan Kebidanan Pada Bayi dan Balita

 Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Normal Download
 Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia download
Asuhan Kebidanan Pada Bayi dan Balita dengan Ikterus download
Asuhan Kebidanan Pada Bayi dan Balita dengan Atresia Ani download


**GoodLuck**

Format persalinan


LAPORAN PERSALINAN

Hari/Tanggal               : ……………………………………………
Waktu Pengkajian       : ……………………………………………
Tempat                        : ……………………………………………

A.    Data Subjektif
1.      Biodata
   Istri                                   Suami
Nama                   :                                               :
Umur                   :                                               :
Agama                 :                                               :
Suku                    :                                               :
Pendidikan          :                                               :
Pekerjaan             :                                               :
Alamat                :                                               :
Tanggal masuk    :                                     Pukul :                 wita

2.      Keluhan Utama : dengan keluhan sakit pinggang yang menjalar ke perut dan ibu hamil 9 bulan ingin melahirkan

3.      Riwayat Perjalanan Penyakit:
Ibu hamil     bulan mengatakan sakit pinggang yang menjalar keperut sejak tanggal                        pukul :              wita. Pengeluaran lendir bercampur darah tanggal                     pukul        wita pergerakan janin masih dirasakan aktif sampai sekarang. Pengeluaran air ketuban (         )

4.      Riwayat menstruasi
-          Menarche              :           tahun
-          Siklus                    :           hari
-          Lama                     :           hari
-          Flour albus            :
-          Masalah/kelainan   :

5.      Riwayat Kehamilan Sekarang
-          Hamil ke                :
-          HPHT                    :                                    HTP :
-          Umur kehamilan    :
-          Tanda bahaya/penyulit selama kehamilan :
-          ANC                                 :          x, di
-          Imunisasi TT                     :         x,                       TT1 :
  TT2 :
-          Riwayat KB yang lalu      :
-          Rencana KB                      :

6.      Riwayat Kesehatan yang lalu/Penyakit yang pernah diderita
-          Penyakit kardiovaskuler                : tidak pernah
-          Penyakit hipertensi                        : tidak pernah
-          Penyakit diabetes                          : tidak pernah
-          Penyakit hepatitis                          : belum pernah melakukan pemeriksaan
-          Penyakit kelamin/HIV/AIDS       : belum pernah melakukan pemeriksaan
-          Penyakit malaria                            : tidak pernah
-          Penyakit campak                           : tidak pernah
-          Penyakit TBC                               : tidak pernah
-          Penyakit ginjal                              : tidak pernah
-          Anemia berat                                 : tidak pernah
-          Penyakit gangguan mental            : tidak pernah
-          Penyakit asma                               : tidak pernah
-          Riwayat kembar                            : -

 Download Format Laporan Persalinan Lengkap KLIK DISINI


**GoodLuck**

Thursday, October 13, 2011

Anatomi Rongga Panggul

PELVIS (Panggul)

Panggul dibentuk oleh 4 (empat) buah tulang :
1. os coxae kiri dan kanan, membentuk dinding lateral dan anterior rongga panggul.
2. os coccygis dan os sacrum, bagian dari columna vertebralis, membentuk dinding posterior rongga panggul.
Os coxae sendiri masing-masing sebenarnya terdiri dari 3 tulang kecil yang bersatu, yaitu os ilium, os ischium dan os pubis.
RONGGA PANGGUL
Rongga panggul dibagi atas dan bawah oleh bidang apertura pelvis superior (dalam obstetri sering disebut sebagai pintu atas panggul, PAP).
Apertura pelvis superior dibentuk oleh :
- promontorium os sacrum di bagian posterior
- linea iliopectinea (linea terminalis dan pecten ossis pubis) di
bagian lateral
- symphisis os pubis di bagian anterior

Inklinasi panggul
adalah sudut yang terbentuk antara bidang yang melalui apertura pelvis superior dengan bidang horisontal (pada keadaan normal sebesar 60o).
Bagian di atas / kranial terhadap apertura pelvis superior disebut sebagai pelvis spurium (pelvis major), merupakan bagian bawah / kaudal daripada rongga abdomen.
Makna obstetriknya adalah untuk menahan alat-alat dalam rongga perut dan menahan uterus yang berisi fetus yang terus bertambah besar secara bermakna mulai usia kehamilan bulan ketiga.
Bagian di bawah / kaudal terhadap apertura pelvis superior disebut sebagai pelvis verum (pelvis minor), merupakan rongga panggul yang sangat menentukan kapasitas untuk jalan lahir bayi pada waktu persalinan (verum=sebenarnya, disebut juga true pelvis).

Dinding-dinding rongga panggul
1. dinding anterior : pendek, dibentuk oleh corpus, rami dan symphisis ossium pubis
2. dinding posterior : dibentuk oleh permukaan ventral os sacrum dan os coccygis serta muskulus pyriformis yang membentang pada permukaan ventral os sacrum dan diliputi oleh fascie pelvis.
3. dinding lateral : dibentuk oleh bagian os coxae di bawah apertura pelvis superior, membrana obturatoria, ligamentum sacrotuberosum, ligamentum sacrospinosum, dan muskulus obturator internus dengan fascia obturatoria.
4. dinding inferior / dasar panggul : dibentuk oleh diaphragma pelvis (mm.levator ani, mm coccygei, fascia diaphragmatis pelvis, trigonum urogenitale) yang berfungsi menahan alat-alat rongga panggul. Diaphragma pelvis membagi lagi rongga panggul bagian bawah menjadi bagian rongga panggul utama (bagian atas diaphragma pelvis) dan bagian perineum (bagian bawah diaphragma pelvis).

PELVIS VERUM
Mempunyai pintu masuk yaitu apertura pelvis superior, dan pintu keluar apertura pelvis inferior (dalam obstetri disebut sebagai pintu bawah panggul, PBP).
Apertura pelvis inferior merupakan dua segitiga yang bersekutu pada alasnya (pada garis yang menghubungkan kedua tuber ischiadica), dibentuk oleh :
1. segitiga bagian dorsal, trigonum anale, dibentuk oleh kedua ligamentum sacrotuberosum dan puncaknya terletak pada os coccygis.
2. segitiga bagian ventral, trigonum urogenitale, dibentuk oleh ramus inferior os pubis dan ramus inferior os ischium kiri dan kanan, dan puncaknya terletak pada symphisis os pubis.

Cavum pelvis (rongga panggul) yang mempunyai kepentingan obstetrik pada proses persalinan adalah rongga yang terletak antara pintu masuk dan pintu keluar panggul tersebut, berupa saluran pendek yang melengkung dengan bagian cekung menghadap ke depan. 

KLASIFIKASI PANGGUL CALDWELL-MOLOY
Ada 4 tipe panggul dasar / karakteristik, menurut klasifikasi Caldwell-Moloy :
1. tipe gynaecoid : bentuk pintu atas panggul seperti ellips melintang kiri-kanan, hampir mirip lingkaran. Diameter transversal terbesar terletak di tengah. Dinding samping panggul lurus. Merupakan jenis panggul tipikal wanita (female type).
2. tipe anthropoid : bentuk pintu atas panggul seperti ellips membujur anteroposterior. Diameter transversal terbesar juga terletak di tengah. Dinding samping panggul juga lurus. Merupakan jenis panggul tipikal golongan kera (ape type).
3. tipe android : bentuk pintu atas panggul seperti segitiga. Diameter transversal terbesar terletak di posterior dekat sakrum. Dinding samping panggul membentuk sudut yang makin sempit ke arah bawah. Merupakan jenis panggul tipikal pria (male type).
4. tipe platypelloid : bentuk pintu atas panggul seperti "kacang" atau "ginjal". Diameter transversal terbesar juga terletak di tengah. Dinding samping panggul membentuk sudut yang makin lebar ke arah bawah.

Pada banyak kasus, bentuk panggul merupakan tipe campuran.


BEBERAPA UKURAN PANGGUL WANITA YANG MEMILIKI MAKNA / KEPENTINGAN OBSTETRIK

Diameter anteroposterior pintu atas panggul (conjugata interna, conjugata vera)
Jarak antara promontorium os sacrum sampai tepi atas symphisis os pubis. Tidak dapat diukur secara klinik pada pemeriksaan fisis.
Secara klinik dapat diukur conjugata diagonalis, jarak antara promontorium os sacrum dengan tepi bawah symphisis os pubis, melalui pemeriksaan pelvimetri per vaginam.
Diameter obliqua pintu atas panggul
Jarak dari sendi sakroiliaka satu sisi sampai tonjolan pektineal sisi kontralateralnya (oblik/menyilang).

Diameter transversa pintu atas panggul
Diameter terpanjang kiri-kanan dari pintu atas panggul. Bukan sungguh "diameter" karena tidak melalui titik pusat pintu atas panggul.

Diameter / distantia interspinarum pada rongga panggul
Jarak antara kedua ujung spina ischiadica kiri dan kanan.

Diameter anteroposterior pintu bawah panggul
Jarak antara ujung os coccygis sampai pinggir bawah symphisis os pubis.

Diameter transversa pintu bawah panggul
Jarak antara bagian dalam dari kedua tuberositas os ischii.

Diameter sagitalis posterior pintu bawah panggul
Jarak antara bagian tengah diameter transversa sampai ke ujung os sacrum.


BIDANG HODGE

Bidang-bidang sepanjang sumbu panggul yang sejajar dengan pintu atas panggul, untuk patokan/ukuran kemajuan persalinan (penilaian penurunan presentasi janin).
Bidang Hodge I
adalah bidang pintu atas panggul, dengan batas tepi atas simfisis.
Bidang Hodge II
adalah bidang sejajar H-I setinggi tepi bawah simfisis
Bidang Hodge III
adalah bidang sejajar H-I setinggi spina ischiadica
Bidang Hodge IV
adalah bidang sejajar H-I setinggi ujung bawah os coccygis

**GoodLuck**

Wednesday, October 12, 2011

Contoh ASKEB KB

Beberapa Contoh Asuhan Kebidanan KB silahkan didownload, semoga bermanfaat...

Askeb KB Suntik Cyclo Download Disini
Askeb KB Suntik Depo Download Disini
Askeb KB Implant Download Disini
Askeb KB IUD Download Disini



**GoodLuck**

ASFIKSIA

ASFIKSIA

1.      Pengertian
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur saat bayi baru lahir atau beberapa saat sesudah lahir. (buku APN 2007).

2.      Penyebab
Perkembangan paru-paru neonates terkadi pada menit pertama kelahiran dan kemudian di susul dengan pernapasan teratur,bila terjadi gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 dari ibu ke janin akan terjadi asfiksia janin atau neonates (towel,1996).kondisi tertentu pada ibu hamil juga dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang. Hipoksia bayi dalam rahim di tunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir (APN 2007).

Penyebab kegagalan pernapasan pada bayi :
1.      Faktor ibu
ü  Preeklamsia dan Eklamsia
ü  Perdarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta ).
ü  Partus lama atau partus macet
ü  Demam selama persalinan
ü  Infeksi berat (malaria,sifilis,TBC,HIV)
ü  Kehamilan lewat waktu (Serotinus).
2.      Faktor tali pusat
ü  Lilitan tali pusat
ü  Tali pusat pendek
ü  Simpul tali pusat
ü  Prolapsus tali pusat
3.      Faktor janin
ü  Premature
ü  Persalinan dengan tindakan (sungsang,gemeli,distosia bahu,ekstraksi vakum,ekstraksi forcep)
ü  Kelainan bawaan (congenital)
ü  Air ketuban bercampur dengan mekonium

Penolong persalinan harus mengetahui factor-faktor resiko berpotensi untuk menumbuhkan asfiksia.apabila di temukan adanya faktor resiko tersebut maka hal itu harus dibicarakan dengan ibu dan keluarga tentang kemungkinan perlunya tindakan resusitasi.akan tetapi ada kalanya factor resiko menjadi sulit dikenali atau 9sepengetahuan penolong )tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi.oleh karena itu penolong harus selalu siap melakukan resusitasi bayi pada setiap pertolongsn persalinan.

4.      Perubahan patofisiologi dan gangguan klinik
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung pada kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan.proses kelahiran sendiri selalu menimbulkanasfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi.proses ini di anggap sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat pernapasan agar terjadi “primary Gasping” yang kemudian akan berlanjut dengan pernapasan teratur (James,1958).
Sifat asfiksia ini tidak mempunyai pengaruh buruk karena reaksi adaptasi bayi dapt mengatasinya.bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen selama kehamilan atau persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat.keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian.
Asfiksia yang terjadi dimulai dengan satu periode apnu di sertai dengan penurunan frekuensi jantung,selanjutnya bayi akan diikuti pernafasan teratur.pada penderita asfiksia berat usaha bernafas ini tidak nampak dan bayi selanjutnya berada pada periode kedua.pada tingkat ini di samping adanya perubahan klinis akan terjadi pula gangguan metabolisme dan pengaruh asam basa pada tubuh bayi.
           
            Tindakan-tindakan yang dilakukan pada bayi dapat di bagi dalam 2 golongan :
1.      Tindakan umum
Tindakan ini dilakukan pada setiap bayi tnanpa memandang nilai APGAR yaitu segera setelah bayi lahir,
ü  di usahakan agar bayi mendapatkan pemanasan yang baik.harus dicegah atau di kurangi kehilangan panas dari tubuhnya yaitu bias dengan pemanasan luar dengan sinar lampu dan untuk mengeringkan tubuh bayi mengurangi evaporasi.
ü  Bayi diletakkan dengan kepala lebih rendah
ü  Penghisapan saluran pernapasan bagian atas
ü  Bila bayi belum memperlihatkan usaha bernapas lakukan rangsangan nyeri dengan dengan menyentil kedua telapak kaki .

2. Tindakan khusus
Tindakan ini dilakukan setelah tindakan umum diselenggarakan tanpa hasil.prosedur yang dilakukan sesuai dengan berat atau ringannya asfiksia yang timbul pada bayi,yang dinyatakan oleh tinggi rendahnya nilai APGAR.
·         Klasifikasi asfiksia
1.      Asfiksia berat (nilai APGAR 0-3)
Resusitasi aktif dalam keadaan ini harus segera dilakukan, langkah utama ialah memperbaiki ventilasi paru-paru dngan memberikan O2 secara tekanan langsung  dan berulang-ulang.bila setelah beberapa waktu pernapasan spontan tidak timbul dan frekuensi jantung menurun (<100/menit) maka pemberian obat-obatan lain serta masasse jantung sebaiknya segera dilakukan.masasse jantung dikerjakan dengan melakukan penekanan di atas tulang dada secara teratur 80-100x/menit.

2.      Asfiksia sedang (nilai APGAR 4-6)
Di sini dapat dicoba dengan melakukan rangsangan untuk menimbulkan reflek pernapasan,hal ini dapat dikerjakan selama 30-60 detik setelah penilaian menurut APGAR 1 menit.

·         Komplikasi yang dapat terjadi pada bayi asfiksia adalah kerusakan pada otak.

Untuk Asfiksia lengkap dengan Resusitasi dan ASKEB-nya Download Disini
**GoodLuck**

Monday, October 10, 2011

PRE-EKLAMSI & EKLAMSI

Pre-Eklamsi Dan Eklamsi
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. setelah perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyabab kematian maternal dan perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan. karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati pre-eklamsi ringan agar tidak berlanjut menjadi eklamsi. hal ini hanya bisa diketahui bila ibu hamil memeriksakan dirinya selama hamil. jadi jelaslah bahwa pemeriksaan antenatal yang teratur sangat penting dalam upaya pencegahan pre-eklamsi dan eklamsi.
Definisi
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari atas: hipertensi, proteinuri, dan edema; yang kadang-kadang disertai konvulsi sampai koma. Ibu tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan-kelainan vaskular atau hipertensi sebelumnya.

EKLAMSI
Eklamsi dalam bahasa Yunani berarti ”halilintar”, karena kejang-kejang timbul tiba-tiba seperti petir.
Pada ibu penderita pre-eklamsia berat, timbul konvulsi yang dapat diikuti oleh koma. Menurut saat timbulnya dibagi dalam (1) elamsi gravidarum (50%); (2) eklamsi parturien (40%) eklamsi puerperium (10%).
Angka kejadian eklamsi bervariasi di berbagai negara. Makin maju suatu negara, tambah tinggi kesaran masyarakatnya terhadap pentingnya arti antenatal care, tambah rendah angka kejadian eklamsinya.
Frekuensi di negara-negara maju                   0,05 – 0,1%
Frekuensi di negara-negara berkembang       0,3 – 0,7%
Malaysia (1953-1965) – kasus di rumah sakit:
Frekuensi di rumah sakit        1:320
Frekuensi seluruhnya             1:700
Gejala-Gejala Eklamsi  
Biasanya didahului oleh gejala dan tanda per-ekelamsi berat. serangan eklamsi dibagi dalam 4 tingkat:
1)     Stadium invasi (awal atau aurora)
Mata terpaku dan terbuka tanpa melihat, kelopak mata dan tangan bergetar, kepala dipalingkan ke kanan atau ke kiri.
Stadium ini berlangsung kira-kira 30 detik.
2)     Stadium kejang tonik.
Seluruh otot badan jadi baku, wajah kaku, tangan mengenggam dan kaki membengkok ke dalam, pernfasan berhenti, muka mulai kelihatan sianosis, lidah dapat tergigit.
3)     Stadium kejang klonik
Semua otot berkontraksi berulang-ulang dalam waktu yang cepat. Mulut terbuka dan menutup, keluar ludah berbusa dan lidah dapat tergigit. Mata melotot, muka kelihatan kongesti dan sianosis. Setelah berlangsung selama 1-2 menit kejang klonik berhenti dan penderita tidak sadar, menarik nafas seperti mendengkur.
4)     Stadium Koma
Lamanya ketidaksadaran (koma) ini berlangsung selama beberapa menit sampai berjam-jam. Kadang-kadang antara kesadaran timbul serangan baru dan akhirnya ibu tetap dalam keadaan koma.
selama serangan tekanan darah meninggi, nadi cepat dan suhu naik sampai 40oC.

2.2     Klasifikasi Pre-Eklamsi
Dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
1)     Pre-eklamsi ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut::
a)     Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring terlentang; atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih; atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih. Cara pengukuran sekurang-kurangays pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam.
b)     Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka; atau kenaikan berat badan 1 kg atau lebih per minggu.
c)     Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter; kwalitatif 1 + atau 2+ pada urin kateter atau midstream.
2)     Pre-eklamsi berat, bila disertai keadaan sebagai berikut:
a)     Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
b)     Protemuria 5 gr atau lebih per liter.
c)     Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500cc per 24 jam.
d)     Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri di epigastrium.
e)     Terdapat edema paru dan sianosis.

2.3     Pre-Eklamsi Ringan
Pengobatan hanya bersifat simtomatis dan selain rawat inap, maka penderita dapat dirawat jalan dengan skema periksa ulang yang lebih sering, misalnya 2 kali seminggu.
Penanganan pada penderita rawat jalan atau rawat inap adalah dengan istirahat di tempat tidur. diet rendah garam, dan berikan obat-obatan seperti Valium tablet 5 mg dosis 3 kali sehari atau fenobarbital tablet 30 mg dengan dosis 3 kali 1 sehari.
Diuretika dan obat antihipertensi tidak dianjurkan, karena obat ini tidak begitu bermanfaat, bahkan bisa menutupi tanda dan gejala pre-elamsi berat.
Dengan cara di atas biasanya pre-eklamsi ringan jadi tenang dan hilang, ibu hamil dapat dipulangkan dan diperiksa ulang lebih sering dari biasa.
Bila gejala masih menetap, penderita tetap dirawat inap. Monitor keadaan janin: kadar estriol urin, lakukan amnioskopi, dan ultrasografi, dan sebagainya. Bila keadaan mengizinkan, barulah dilakukan induksi partus pada usia kehamilan minggu 37 keatas.


Etiologi
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak teori-teori dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya, oleh karena itu disebut “penyakit teori”; namun belum ada memberikan jawaban yang memuaskan. Teori yang sekarang dipakai sebagai penyebab pre-eklamsi adalah teori “iskemia plasenta”. Namun teori ini belum dapat menerangkan semua hal yang bertalian dengan.penyakit ini.
Teori yang dapat diterima haruslah dapat nenerangkan (a) mengapa frekuensi menjadi tinggi pada: primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, dan molahidatidosa; (b) mengapa frekuensi bertambah seiring dengan tuanya kehamilan, umumnya pada triwulan III; (c) mengapa terjadi perbaikan keadaan penyakit, bila terjadi kematian janin dalam kandungan; (d) mengapa frekuensi menjadi iebih rendah pada kehamilan berikutnya; dan (e) penyebab timbulnya hipertensi, proteinuria, edema, dan konvulsi sampai koma. Dan hal-hal tersebut di atas, jelaslah bahwa bukan hanya satu faktor, melainkan banyak faktor yang menyebabkan pre-eklamsi dan eklamsi.

Patofisiologi
Pada pre-eklamsi terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalmai spasme, maka tekanan darah dengan akan naik, sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigenisasi jaringan dapat dicukupi.
Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstisial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi ari dan garam. proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus.


Perubahan pada organ-organ
·       Otak
Pada pre-eklamsi aliran darah dan pemakaian oksigen tetap dalam batas-batas normal. Pada eklamsi resistensi pembuluh darah meninggi, ini terjadi pula pada pembuluh darah otak. Edema yang terjadi pada otak dapat menimbulkan kelainan serebral dan gangguan visus, bahkan pada keadaan lanjut dapat terjadi perdarahan.
·       Plasenta dan rahim.
Aliran darah menurun ke plasenta dan menyebabkan gangguan plasenta, sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi gawat janin. Pada pre-eklamsi dan eklamsi sering terjadi peningkatan tonus rahim dan kepekaannya terhadap rangsang, sehingga terjadi partus prematurus.
·       Ginjal.
Filtrasi glomerulus berkurang oleh karena aliran ke ginjal menurun. Hal ini menyebabkan filtrasi natrium melalui glomerulus menurun, sebagai akibatnya terjadilah retensi garam dan air. Filtrasi glomerulus dapat turun sampai 50% dan normal sehingga pada keadaan lanjut dapat terjadi oliguria dan anuria.
·       Paru-paru.
Kematian ibu pada pre-eklamsi dan eklamsi biasanya disebabkan oleh edema paru yang menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa pula karena terjadinya aspirasi pnemonia atau abses paru.
·       Mata
Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Bila terdapat hal-hal tersebut, maka harus dicurigai terjadinya pre-eklamsi berat Pada eklamsi dapat terjadi ablasio retina yang disebabkan edema intra-okuler dan merupakan salah satu indikasi untuk melakukan terminasi kehamilan. Gejala lain yang dapat menunjukkan tanda pre-eklamsi berat yang mengarah pada eklamsi adalah adanya skotoma, diplopia, dan ambliopia. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau di dalam retina
·       Keseimbangan air dan elektrolit.
Pada pre-eklamsi ringan biasanya tidak dijumpai perubahan yang nyata pada metabolisme air, elektrolit, kristaloid, dan protein serum. Jadi, tidak terjadi gangguan keseimbangan elektrolit. Gula darah, kadar natrium bikarbonat, dan pH darah berada pada batas normal. Pada pre-eklamsi berat dan eklamsi, kadar gula darah naik sementara. asam laktat dan asam organik lainnya naik, sehingga cadangan alkali akan turun. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh kejang-kejang. Setelah konvulsi selesai zat-zat organik dioksidasi, dan dilepaskan natrium yang lalu bereaksi dengan karbonik sehingga terbentuk natrium. bikarbonat. Dengan demikian cadangan alkali dapat kembali pulih normal.
Oleh beberapa penulis/ahli kadar asam urat dalam darah dipakai untuk menentukan arah pre-eklamsi menjadi baik atau tidak setelah diberikan penanganan.

Penatalaksanaan
1.     Rawat jalan (pada umur kehamilan kurang dari 37 minggu)
a.      Banyak istirahat (berbaring/ tidur miring)
b.     Diet biasa
c.      Dilakukan pemeriksaan feotal assessment (USG dan NST) setiap 2 minggu.
d.     Pemeriksaan Laboratorium : Darah lengkap, homosistein, urine lengkap, fungsi ginjal, gula darah acak.
e.      Kunjungan ulang setiap 1 minggu
f.      Jika terdapat peningkatan proteinuria dirawat sebagai pre eklampsia berat.
2.     Rawat tinggal
a.      Kriteria untuk rawat tinggal
-        Hasil feotal assessment meragukan atau jelek dilakukan terminasi.
-        Kecendrungan menuju gejala preeklampsia berat (timbul salah satu atau lebih gejala preeklampsia berat)
-        Bila dalam 2 x kunjungan tidak ada perbaikan (2 minggu)
b.     Evaluasi/ pengobatan selama rawat tinggal.
-        Tirah baring total
-        Pemeriksaan laboratorium:
·       Darah lengkap
·       Hemosistein
·       Fungsi hati/ ginjal
·       Urine lengkap
-        Dilakukan fetal assessment (USG dan NST)
-        Dilakukan pemeriksaan indeks getosis.
3.     Evaluasi hasil pengobatan
Pada dasarnya evaluasi pengobatan dilakukan berdasarkan hasil dari fetal assessment. Bila didaptkan hasil:
a.      Jelek, dilakukan terminasi kehamilan.
b.     Ragu-ragu, dilakukan evaluasi ulang NST kesejahteraan janin, 1 hari kemudian
c.      Baik:
-        penderita dirawat sekurang-kurangnya 4 hari
-        bila preterm pendertita dipulangkan
-        bila aterm dengan PS baik lebih dari 5 dilakukan terminasi dengan oksitosin drip
d.     bila didapatkan keluhan subjektif seperti dibawah ini dirawat sebagai pre eklampsi berat
-        nyeri ulu hati
-        mata berkunag-kunang
-        irritable
-        sakit kepala
e.      bila umur kehamilan aterm lebih dari 37 minggu (langsung dilakukan terminasi kehamilan)

Penanganan preeklampsia ringan  jika kehamilan <37 minggu, dan tidak ada tanda-tanda perbaikan, lakukan penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan:
·       Pantau tekanan darah, proteinuria, refleks da kondisi janin.
·       Lebih banyak istirahat
·       Diet biasa
·       Tidak perlu di beri obat-obatan
·       Jika rawat jalan tidak mungkin, rawat di rumah sakit:
-        Diet biasa
-        Pantau TD 2 kali sehari, proteinuria 1 x sehari
-        TTTidak perlu obat-obatan
-        Tidak perlu diuretic, kecuali jika terdapat edema paru, dekompensasi kordis atau gagal ginjal akut
-        Jika tekanan diastolic turun sampai normal pasien dapat dipulangkan
ê Nasehatkan untuk istirahat dan perhatikan tanda-tanda preeklampsia berat
ê Kontrol 2 kali seminggu
ê Jika tekanan diastolic naik lagiàrawat kembali
-        Jika tidak ada tanda-tanda perbaikanà tetapkan dirawat
-        Jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan terminasi kehamilan
-        Jika proteinuria meningkat, tangani sebagai preeklampsi berat.
Jika kehamilan >37 minggu, pertimbangkan terminasi
·       Jika serviks matang, lakukan induksi dengan oksitosin 5 IU dalam 500 ml dextrose IV 10 tetes/menit atau dengan prostaglandin.
·       Jika serviks belum matang, berikan prostaglandin, misoprostol atau kateter voly atau terminasi dengan Seksio Caesaria.

Pencegahan
-        Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti, mengenali tanda-tanda sedini mungkin (pre-eklamsi ringan), lalu diberikan pengobatan yang cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat.
-        Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya pre-eklamsi kalau ada faktor-faktor predisposisi.
-        Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur, ketenangan, serta pentingnya mengatur diit rendah garam, lemak, serta karbohidrat dan tinggi ptortein juga menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan.
**GoodLuck**