- robekan Perineum
Pengertian Ruputur Perineum (Menurut Harry Oxorn.1998.Ilmu Kebidanan.Patologi dan Fisiologi,Yayasan Esesentia Medika)Robekan jalan lahir selalu memberikan perdarahan dalam jumlah yang bervariasi banyaknya. Perdarahan yang berasal dari jalan lahir selalu harus dievaluasi, yaitu sumber dan jumlah perdarahan sehingga dapat diatasi. Sumber perdarahan dapat berasal dari perineum vagina, servik dan robekan uterus. Perdarahan dapat dalam bentuk hematoma dan robekan jalan lahir dengan perdarahan yang bersifat arteril atau pecahnya pembuluh darah vena. Untuk dapat menetapkan sumber perdarahan dapat dilakukan dengan pemeriksaan dalam atau speculum.
Perdarahan karena robekan jalan lahir banyak dijumpai pada pertolongan persalinan. Jika perlukan hanya mengenai bagian luar (superficial) saja atau jika perlukan tersebut tidak mengeluarkan darah, biasanya tidak perlu dijahit. Hanya perlukan yang lebih dalam dimana jaringannya tidak bisa didekatkan dengan baik atau perlukan yang aktif mengeluarkan darah memerlukan suatu penjahitan.
Tujuan dari penjahitan perlukan perineum/episiotomi adalah :
a. Untuk mendekatkan jaringan-jaringan agar proses penyembuhan bisa terjadi. Proses penyembuhan bisa terjadi, proses penyembuhan itu sendiri bukanlah hasil dari penjahitan tersebut tetapi hasil dari pertumbuhan jaringan.
b. Untuk menghentikan perdarahan
Robekan perineum dibagi menjadi 4 tingkat :
a. Tingkat I : Robekan terjadi pada selaput lendir vagina dengan atau tanpa kulit perineum
b. Tingkat II : Robekan mengenai selaput lendir vagina dan otot pernei aranseralis, tetapi tidak mengenai otot sfingerani.
c. Tingkat III : Robekan mengenai perineum sampai dengan otot sfingter ani
d. Tingkat IV : Robekan mengenai perineum sampai dengan otot sfingter ani dan mukosa rectum.
- Ruptur Perineum Derajat Dua
Pada robekan tingkat dua dinding belakang vagina dan jaringan ikat yang menghubungkan otot-otot diafragma urogenitalis pada garis tengah terluka.
Pada robekan perineum tingkat dua, setelah diberi anesthesia lokal otot-otot diafragma urogenitalis dihubungkan di garis tengah dengan jahitan dan kemudian luka pada vagina dan kulit perineum ditutup dengan mengikut sertakan jaringan-jaringan dibawahnya.
a. Siapkan peralatan untuk melakukan penjahitan
1) Wadah berisi : sarung tangan, pemegang jarum, jarum jahit, benang jahit, kasa steril, pincet
Rasionalisasi : Ditempatkan dalam satu wadah agar memudahkan pekerjaan.
2) Kapas DTT
Rasionalisasi : Untuk membersihkan perineum dari lendir dan darah
3) Buka spuit sekali pakai 10 ml dari kemasan steril, jatuhkan dalam wadah DTT
Rasionalisasi : Menghindari adanya kontaminasi dari tangan penolong
4) Patahkan ampul lidokain
Rasionalisasi ; Lindokain untuk anestesi luka jalan lahir
b. Atur posisi bokong ibu pada posisi litotomi ditepi tempat tidur
Rasionalisasi : Agar luka terlihat dan penjahitan lebih mudah dilakukan
c. Pasang kain bersih dibawah bokong ibu
Rasionalisasi : Menghindari terjadinya infeksi karena kain untuk persalinan sudah kotor oleh lendir dan darah.
d. Atur lampu sorot atau senter kearah vulva / perineum ibu
Rasionalisasi : Untuk dapat melihat dengan jelas luka perineum
e. Pastikan lengan / tangan tidak memakai perhiasan, cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
Rasionalisasi : Mencuci tangan termasuk dalam upaya pencegahan infeksi dan di air mengalir karena mikroorganisme akan tumbuh dan berkembang di air yang tidak mengalir
f. Pakaian satu sarung tangan DTT pada tangan kanan
Rasionalisasi : Untuk mengambil spuit yang ada pada wadah DTT
g. Ambil spuit dengan tangan yang bersarung tangan, isi tabung suntik dengan lidokain dan letakkan kembali kedalam wadah DTT
Rasionalisasi : Untuk memudahkan pekerjaan dan menjaga agar spuit tidak tersentuh oleh alat-alat on-steril
h. Lengkapi pemakaian sarung tangan pada tangan kiri
Rasionalisasi : Pemakaian sarung tangan termasuk dalam pencegahan infeksi
i. Bersihkan vulva dan perineum dengan kapas DTT dengan gerakan satu arah dari vulva ke perineum
Rasionalisasi : Untuk mencegah kontaminasi kotoran tinja
j. Periksa vagina, servik, dan perineum secara lengkap, pastikan bahwa laserasi hanya merupakan derajat satu atau dua
Rasionalisasi : Karena jika laserasi derajat II dan IV, jangan mencoba untuk menjahit siapkan rujukan segera.
B. Etiologi
2) Robekan Serviks dan Vagina
Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua tersering dari perdarahan pasca persalinan. Robekan dapat terjadi bersama dengan atonia uteri. Perdarahan pasca persalinan dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh robekan serviks atau vagina.
Banyak wanita mengalami robekan perineum pada saat melahirkan anak pertama, pada sekitar separuh dari kasus-kasus tersebut, robekan ini akan amat luas. Laserasi harus diperbaiki dengan cermat
C. Penyebab Maternal
- Partus presipitatus yang tidak dikendalikan dan tidak ditolong
- Pasien tidak mampu berhenti mengejan
- Partus diselesaikan secara tergesa-gesa dengan dorongan fundus yang berlebihan.
- Edema dan kerapuhan pada perineum
- Varikositas vulva yang melemahkan jaringan perineum
- Arcus pubis sempit dengan pintu bawah panggul yang sempit pula sehingga menekan kepala bayi ke arah posterior.
- Peluasan episiotomi
Faktor-faktor janin :
- Bayi yang besar
- Posisi kepala yang abnormal, misalnya presentasi muka dan occipitoposterior
- Kelahiran bokong
- Ekstrasksi forceps yang sukar
- Dystocia bahu
- Anomali congenital, seperti hydrocephalus.
Laserasi derjat kedua merupakan luka robekan yang lebih dalam, luka ini terutama mengenai garis tengah dan melebar sampai corpus perineum. Acapkali musculus peirneus transverses turut terobek dan robekan dapat turun tapi tidak mencapai sphincter recti. Biasanya robekan meluas ke atas disepanjang mukosa vagina dan jaringan submukosa. Keadaan ini menimbulkan laserasi yang berbentuk segitiga ganda dengan dasar pada fourcheffe, salah satu apex pada vagina dan apex lainnya di dekat rectum.
D. Perbaikan
Perbaikan pada laserasi derajat dua dilakukan lapis demi lapis
1. Jahitan terputus, menerus ataupun jahitan simpul digunakan untuk merapatkan tepi mukosa vagina dan submukosanya.
2. Ototo-otot yang dalam corpus perineum dijahit menjadi satu dengan jahitan terputus (gambar 4b)
3. Jahitan subcutis bersambung atau jahitan terputus, yang disimpul secara longgar, menyatukan kedua tepi kulit (gambar 4c)
E. Pemberian Anestesi Lokal
1. Pilihan obat (biasanya lidokain)
2. Dosis obat (20-30 ml)
3. Pemeriksaan obat (nama, kekuatan, dan dosis sebelum diberikan)
4. Teknik infiltrasi (tepat dibawah kulit)
a. Pasang jarum 1 ½ inci ukuran 22 pada spuit 20 cc
b. Isi spuit dengan lidokain
c. Suntikkan keseluruhan panjang jarum ke dalam robekan vagina tepat dibawah kulit. Tarik batang penghisap spuit dan lihat jika ada darah (jika anestesi lokal diinjeksikan langsung ke dalam pembuluh darah, maka dapat menyebabkan denyut jantung irregular). Injeksikan bersamaan saat anda menarik spuit.
d. Lakukan hal tersebut pada kedua sisi robekan vagina
e. Ulangi prosedur pada kedua sisi robekan perineum.