a. Pengertian
Klimakterium dalam bahasa Yunani berarti tangga merupakan masa peralihan antara tahap akhir masa reproduksi dengan tahap awal masa senium.
Masa klimakterium adalah masa di mana wanita menyesuaikan diri dengan menurunnya produksi hormon-hormon ovarium yang membuat seorang wanita tidak dapat bereproduksi. Usia klimakterium juga diartikan sebagai usia maturitas di mana seseorang menjadi lebih matang dan bijaksana baik secara intelektual maupun emosional. Setelah seorang wanita memasuki masa klimakteriun mereka akan memasuki masa menopause.
Klimakterium adalah masa yang bermula dari akhir masa reproduksi sampai awal masa senium dan terjadi pada wanita berumur 40-65 tahun.
Masa-masa klimakterium :
1. Pra menopause adalah kurun waktu 4-5 tahun sebelum menopause.
2. Menopause adalah henti haid seorang wanita.
3. Pasca menopause adalah kurun waktu 3-5 tahun setelah menopause.
b. Etiologi
Sebelum haid berhenti, sebenarnya pada seorang wanita terjadi berbagai perubahan dan penurunan fungsi pada ovarium seperti sklerosis pembuluh darah, berkurangnya jumlah folikel dan menurunnya sintesis steroid seks, penurunan sekresi estrogen, gangguan umpan balik pada hipofise.
c. Patofisiologi
Klimakterium bukanlah suatu keadaan patologis, melainkan masa peralihan yang berlangsung sebelum dan sesudah menopause. Klimakterium dimulai kira-kira 4-5 tahun sebelum menopause berdasarkan keadaan endokrinologik (estrogen turun dan kadar hormon gonadotropin naik) dan jika ada gejala-gejala klinis.
Bila pubertas disebabkan oleh mulainya sintesis hormon gonadotropin oleh hipofisis, klimakterium disebabkan oleh kurang bereaksinya ovarium terhadap rangsangan hormon itu. Hal ini disebabkan karena ovarian menjadi tua sehingga dapat dikatakan ovarium lebih cepat tua daripada organ tubuh lainnya.
Proses menjadi tua sudah dimulai pada umur 40 tahun. Jumlah folikel pada ovarium waktu lahir kurang lebih 750.000 buah dan pada saat menopause tinggal beberaoa ribu buah. Tambahan pula folikel yang tersisa ini rupanya juga lebih resisten terhadap rangsangan gonadotropin. Dengan demikiian, siklus ovarian yang terdiri atas pertumbuhan folikel, ovulasi, dan pembentukan korpus luteum lambat laun akan terhenti. Pada wanita di atas 40 tahun siklus haid untuk 25% tidak disertai ovulasi, jadi bersifat anovulatorik.
Pada klimakterium terdapat penurunan produksi estrogen dan kenaikan hormon gonadotropin. Kadar hormon akhir ini terus tetap tinggi sampai kira-kira setelah menopause, kemudian mulai menurun. Tinggi kadar hormon gonadotropin disebabkan oleh kurangnya produksi estrogen sehingga native feedback gonadotropin berkurang.
d. Gejala-gejala Klinis
Sebenarnya bukan faktor menopause atau lanjut usia itu sendiri yang menjadi masalah, tetapi perubahan kehidupan yang mengikuti masa itulah yang sering mengganggu. Usia terjadinya masa klimakterium memang merupakan usia di mana banyak terjadi banyak perubahan. Perubahan kehidupan masa usia senja, kondisi kesehatan, dan hubungan dengan lingkungan membuat masa klimakterium menjadi semakin berat untuk dihadapi.
Turunnya fungsi ovarium mengakibatkan hormon terutama estrogen dan progesterone berkurang dalam tubuh kita. Kekurangan hormon ini akan menyebabkan keluhan-keluhan :
1) Keluhan Vasomotorik
Gejolak panas (hot flashes) merupakan gelombang panas tubuh yang datang tiba-tiba, akibat perubahan kadar estrogen yang menyerang tubuh bagian atas dan muka. Hal ini ditandai dengan munculnya kulit merah didaerah muka,leher dan dada bagian atas, detak jantung yang kencang, badan bagian atas berkeringat dan gangguan tidur.
2) Vertigo
3) Keluhan Konstitusional
Berdebar-debar
Migraine
Nyeri otot
Nyeri pinggang
Mudah tersinggung
4) Keluhan Psikiastenik dan Neurotik
Merasa tertekan
Lelah psikis
Lelah somatic
Susah tidur
Konflik keluarga
Gangguan tempat kerja
5) Keluhan Lain
Dispareunia
Gangguan haid
Keputihan atau gatal pada vagina
Susah miksi
Libido menurun
Osteoporosis
Gangguan sirkulasi (infark miokard)
Kenaikan kolesterol, adepositas (kegemukan, gangguan metebolisme karbohidrat).
6) Masalah Seksualitas
Banyak wanita yang berpendapat bahwa hubungan seks tidak mungkin dilakukan lagi pada masa klimakterium. Pendapat ini tidak benar, hubungan seks tetep dapat dilakukan meskipun usia telah lanjut. Klimakterium hanyalah akhir dari kesuburan wanita atau akhir dari kemampuan untuk hamil. Walaupun demikian, wanita masih merupakan manusia seksual yang mampu memberi dan menerima cinta dalam segala cara, hanya saja karena pengaruh faktor hormonal, dorongan tersebut tidak direalisasikan.Akibat kekurangan estrogen, vagina menjadi kering dan mudah cedera, sehingga terasa sakit sewaktu bersenggama.
Keluhan-keluhan di atas tidak sama pada setiap wanita, hal ini disebabkan efek bilogik di jaringan hormon estrogen melalui reseptor estrogen yang di dalam tubuh di dapat reseptor estrogen alpha dan beta.
Jumlah reseptor estrogen alpha dan beta yang tidak sama pada setiap wanita dan adanya reaksi individual akibat rendahnya estrogen menyebabkan rendahnya gejala menopause yang berbeda. Umumnya gejolak panas, susah terjadi, gelisah, lekas marah, pelupa, nyeri tulang belakang dirasakan pada hampir sebagian besar wanita menopause. Akibat jangka panjang yang harus diperhatikan pada wanita menopause adalah osteoporosis, penyakit jantung koroner, stroke, dan pikun. Kalau kondisi ini dibiarkan dapat mengganggu aktivitas sehari-haridan menurunkan kualitas hidup wanita.
e. Perubahan-perubahan Organik pada Masa klimakterium
1) Uterus
Uterus mengecil, selain disebabkan atrofi endometrium juga disebabkan hilangnya cairan dan perubahan bentuk jaringan ikat intersisial. Serabut otot miometrium menebal, pembuluh darah miometrium menebal dan menonjol.
2) Tuba falloppii
Lipatan-lipatan tuba menjadi lebih pendek, menipis dan mengkerut, endosalpingo menipis dan mendatar, dan cilia menghilang.
3) Cervix
Cervix akan mengkerut sampai terselubung oleh dinding vagina, crypta cervical menjadi atropik, canalis servikalis memendek sehingga menyerupai ukuran cervix fundus sampai masa adolesens.
4) Vagina
Terjadi penipisan liang vagina menyebabkan hilangnya ruggae, berkurangnya vaskuralisasi, elastic yang berkurang, secret vagina menjadi encer, indeks kariopignotik menurun. PH vagina meningkat karena terhambatnya pertumbuhan basil doderleins yang menyababkan glikogen seluler meningkat sehingga memudahkan terjadinya infeksi. Uretra ikut memendek dengan pengerutan vagina sehingga meatus eksternus melemah timbul uretritis dan pembentukan caruncula.
5) Dasar panggul
Kekuatan dan elastitisitas menghilang karena atrofi dan lemahnya daya sokong disebabkan prolapsus uterovaginal.
6) Perineum dan anus
Lemak sub kutan menghilang, atrofi otot sekitarnya menghilang yang menyebabkan tonus spinkter melemah dan menghilang sering terjadi inkotensia alvi vagina.
7) Vesica Urinaria
Tampak aktivitas kendali spinkter dan detrusor menghilang sehingga sering kencing tanpa sadar.
8) Kelenjar payudara
Diserapnya lemak sub kutan, atrofi jaringan parenkim, lobules menciut, stroma jaringan ikat fibrosa meningkat, putting susu mengecil dan kurang erektil, pigmentasi berkurang sehingga payudara menjadi datar dan mengendor.
9) Perubahan di luar organ reproduksi
Adipositas
Penyebaran lemak ditemukan pada tungkai atas, pinggul, perut bawah, dan lengan atas. Ditemukan 29% wanita klimakterium memperlihatkan kenaikan berat badan yang sedikit dan 20% kenaikan yang mencolok. Diduga ada hubungan dengan turunnya estrogen dan gangguan pertukaran zat dasar metabolisme rendah.
10) Hipertensi
Adanya gejolak panas terjadi suatu peningkatan tekanan darah baik systole maupun diastole. Diketahui bahwa 2/3 penderita hipertensi esensial primer adalah wanita antara 45-70 tahun yang diketahui permulaan peningkatan tensi paling banyak terjadi selama masa klimakterium. Peningkatan tekanan darah pada usia klimakterium terjadi secar bertahap, kemudian menetap dan lebih tinggi dari sebelumnya.
11) Hiperkolesterolnemia
Penurunan atau hilangnya kadar estrogen menyebabkan peningkatan kolesterol. Peningkatan kadar kolesterol pada wanita terjadi 10-15 tahun lebih lambat pada laki-laki. Peningkatan kadar kolesterol yang merupkan faktor utama dalam penyebab arterosklerosis.
12) Arterosklerosis
Adanya hipertensi dan peningkatan kadar kolesterol menyebabkan meningkatkan faktor resiko terhadap terjadinya arterosklerosis. Khususnya mengenai sklerosis primer koroner dan infark miokard akan terjadi 1-2 kali lebih sering setelah kadar estrogen menurun.
13) Vilirisasi (pertumbuhan rambut-rambut halus)
Turunnya estrogen dalam darah, adanya efek androgen menyebabkan tanda-tanda diferensiasi dari defeminisasi dan maskulinisasi. Hal ini berhubungan dengan ovarium sendiri membentuk estron yang bersifat androgen.
14) Osteoporosis
Dengan turunnya kadar estrogen maka proses osteoblast yang berfungsi membentuk tulang baru terhambat dan fungsi osteoclast merusak tulang meningkat. Akibat tulang tua diserap dan dirusak osteoclast tetapi tidak dibentuk tulang baru oleh osteoblast, sehingga tulang menjadi osteoporosis.
15) Sulit tidur (Insomnia)
Hal ini mungkin berkaitan dengan rasa tegang akibat berkeringat malam hari, waah memerah, dan perubahan yang lainnya.
16) Iritasi kulit
Beberapa wanita menderita formikasi yaitu sensasi iritasi di bawah kulit seperti perasaan digigit semut.
17) Oerubahan psikologi
Sehubungan dengan perubahan fisik terjadi pula pergeseran atau erosi dalam kehidupan psikis pribadi yang bersangkutan. Pergeseran dan perubahan ini mengakibatkan timbulnya satu krisis, dan memanifestasikan diri dalam symptom-simptom psikologis, antara lain: depresi-depresi (kemurungan), mudah tersinggung,mudah marah, mudah curiga, diliputi banyak kecemasan, insomnia atau tidak bisa tidur karena sangat bingung dan gelisah.
f. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan tahunan terhadap wanita yang sedang berada pada masa klimakterium harus mencakup hal-hal yang penting seperti :
Tinggi badan, wanita mungkin akan kehilangan tinggi badan sebanyak 2,5 cm atau lebih. Sewaktu mengukur tinggi badan merupakan kesempatan untuk mendiskusikan postur, pergerakan tubuh, latihan dan osteoporosis.
Kulit, evaluasi terhadap integritas, luka dan perubahan pada tahi lalat.
Mulut, gigi dan gusi.
Pemeriksaan panggul, dengan perhatian terhadap perubahan yang menyertai proses penuaan ; spekulum Pederson mungkin optimal untuk wanita paska menopause.
Rektum : periksa adanya keanehan pada darah, adanya massa dan fisura-fisura.
g. Diagnosis
Umur dan gejala-gejala yang timbul.
FSH dan LH ( FSH = 10-12 x, LH 5-10 x / estrogen rendah ).
Kalsium, kolesterol.
Foto tulang lumbal I.
Sitologi ( Pap Smear ).
Biopsi endometrium
h. Penatalaksanaan
1. Sedatif, psikofarma.
2. Psikoterapi.
3. Balneoterapi (diet ).
4. Hormonal. Sindrom klimakterium terjadi akibat kekurangan estrogen maka pengobatan yang tepat adalah pemberian estrogen.
Syarat minimal sebelum pemberian estrogen dimulai :
1. Tekanan darah tidak boleh tinggi.
2. Pemeriksaan sitologi uji Pap normal.
3. Besar uretus normal ( tidak ada mioma uerus ).
4. Tidak ada varises di ekstremitas bawah.5. Tidak terlalu gemuk / tidak obesitas.
5. Kelenjar tiroid normal.
6. Kadar normal : Hb, kolesterol total, HDL, trigliserida, kalsium, fungsi hati.
7. Nyeri dada, hipertensi kronik, hiperlipidemia, diabetes militus perlu dikonsulkan terlebih dahulu ke spesialis penyakit dalam.
Kontra Indikasi Pemberian Estrogen
1. Troboemboli, penderita penyakit hati, kolelitiasis.
2. Sindrom Dubin Johnson / Botor yaitu gangguan sekresi bilirubin konjugasi.
3. Riwayat ikterus dalam kehamilan.
4. Kanker endometrium, kanker payudara, riwayat gangguan penglihatan, anemia berat.
5. Varises berat, tromboflebitis.
6. Penyakit ginjal.
Persyaratan dalam Pemberian Estrogen
1. Mulailah dengan menggunakan estrogen lemah ( estriol ) dan dengan dosis rendah yang efektif.
2. Pemberian secara siklik.
3. Diusahakan kombinasi degan progesteron ( bila digunakan estrogen lain seperti etinil estradiol maupun estrogen konjugasi ).
4. Perlu pengawasan ketat ( setiap 6-12 bulan ).
5. Bila terjadi perdarahan atipik perlu dilakukan kuretase.
6. Keluhan nyeri dada, hipertensi kronik, hiperlipidemia, diabetesmelitus, terlebih dahulu konsul ke bagian penyakit dalam.
Yang perlu diketahui
1. Tidak semua keluhan dapat dihilangkan dengan pemberian estrogen.
2. Pelajari faktor-faktor yang menimbulkan keluhan ( faktor psikis, sosial budaya, atau hanya memang terdapat kekurangan estrogen ).
3. Atasi keluhan emosi dan faktor penyebab.
Efek samping pemberian estrogen :
1. Perdarahan bercak.
2. Perdarahan banyak ( atipik ).
Terapi Hormonal
Prinsip pengobatan klimakterium adalah memberikan estrogen dari luar atau dikenal dengan hormon replacement teraphy (HRT) atau terapi sulih hormon (TSH). Prinsip dasar :
Wanita yang masih memiliki uterus maka pemberian estrogen harus selalu dikombinasikan dengan progesterone. Tujuan penambahan progesterone adalah untuk mencegah kanker endometrium.
Wanita tanpa uterus maka cukup pemberian estrogen saja dan estrogen diberikan secara kontinyu (tanpa istirahat).
Pada wanita pre menopause yang masih haid dan masih tetap menginginkan menstruasi TSH diberikan secara sekuensial. Wanita pasca menopause yang masih ingin haid diberikan secara sekuensial, kecuali jika tidak terjadi haid dan tidak menginginkan terjadinya haid diberikan secara kontinyu.
Jenis estrogen yang digunakan adalah estrogen alamiah dan juga progesterone juga yang alamiah.
Pemberin selalu diberikan dengan dosis rendah.
Dapat dikombinasikan dengan androgen atau diberikan dengan TSH yang memiliki sifat androgenik.
- Cara pemberian TSH :
a. Oral
b. Trans dermal
c. Semprot hidung
d. Implany atau susuk
e. Per vaginam
f. Sub lingual
g. Intra muscular
- Efek samping TSH
Hal ini biasanya disebabkan karena dosis estrogen yang tinggi.
a. Nyeri payudara
b. Peningkatan berat badan
c. Keputihan
d. Sakit kepala
e. Perdarahan
Pemberian hormon estrogen sebagai terapi sulih hormon untuk menggantikan hormon estrogen yang kurang telah diteliti dan menghiangkan defisiensi estrogen klinis dengan baik setelah 2-3 minggu yang pemberian pada dosis estrogen yang tinggi dan 4-5 minggu pemberian pada dosis yang rendah. Peningkatan densitas tulang pada pemberian estrogen + progesterone alamiah + kalsium + vitamin D akan meningkatkan 4,1-5,8%. Selain itu pemberian estrogen dan progesterone alamiah akan memperbaiki metabolisme lemak, yang meningkatkan kadar HDL dan menurunkan LDL sampai kurang lebih 70% serta menekan terjadinya fraktur tulang antara 40-60%.
Mengingat banyaknya kendala dalam pemakain TSH seperti takut terkena kanker payudara harus digunakan jangka panjang, banyaknya efek samping dan harga yang relatif mahal maka perlu dicari alternatif lain sebagai pengganti TSH agar dapat memenuhi kriteria alami, murah, berasal dari tanaman, efektif dan dapat diterima oleh wanita klimakterium.
Struktur kimia fitoestrogen sebagian besar bukan steroid sedangkan estrogen umumnya adalah steroid. Fitiestrogen terdiri dari isoflavon (genistein, daidzein, dan glycetein), coumestan (komesterol), dan lignin (matairesinol, sekoisolariciresinol, enteroldiol). Isoflavon banyak ditemukan dalam :
Legumes (tumbuhan polong terutama kedelai)
Lignan dalam buah-buahan, sayur-sayuran, dan biji-bijian (sereal)
Coumestan dalam Redclover dan taoge
Pemberian Konseling
Masalah utama yang dialami wanita pada masa klimakterium adalah faktor psikis, wanita biasanya mempunyai rasa takut, gelisah, tegang, tidak percaya diri dan khawatir bahwa dirinya tidak semenarik dan seprima dulu lagi. Alasan bahwa badan lemah dan tidak bergairah hanyalah alasan untuk menutupi ketakutan dan kekhawatiran tersebut. Banyak wanita yang mengalami gejala-gejala akibat perubahan tersebut dan biasanya menghilang perlahan dan tidak mengakibatkan kematian. Namun tak jarang mengakibatkan rasa tidak nyaman dan terkadang menyebabkan gangguan dalam aktivitas sehari-hari.
Konseling yang diberikan pada wanita yang memasuki masa klimakterium meliputi penjelasan dan pemahaman kesehatan reproduksi wanita yang mencakup perubahan-perubahan fisik dan psikologis serta berbagai permasalahan yang terjadi dalam berbagai masa kehidupan wanita. Perubahan itu dimulai dari masa bayi, masa kanak-kanak, pubertas, masa reproduksi, masa klimakterium dan masa senium. Masing-masing masa mempunyai kekhususan yang memerlukan pemahaman dan perawatan keadaan tubuhnya dalam menghadapi masa tersebut. Perubahan-perubahan tersebut adalah hal yang wajar dan pasti terjadi dalam siklus kehidupan wanita. Pada masa sekarang ini tanggung jawab kesehatan reproduksi wanita bukan saja berada pada istri, namun melibatkan peran suami. Oleh karena itu maslah kesehatan reproduksi wanita sudah merupakan tanggung jawab bersama antara suami dan istri.
DAFTAR PUSTAKA
Anonym. Accessed on September 27, 2007. Pendahuluan Gejala dan Terapi Osteoporosis Deskripsi dan Manfaat FAQ. Available at www.mediacastore.com.
Anonym. Accessed on July 04, 2007. Aspek Psikologis Wanita Masa Klimakterium. Available at www.google.com.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : Penerbit Arcan.
Prawirohardjo, Sarwono. 1994. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Suswati, Irma. Accessed on July 26, 2003. Kesadaran Gender dan Kesehatan Reproduksi Lansia. Available at www.digilib@umm.ac.id.
**GoodLuck**