Sunday, November 13, 2011

LETAK LINTANG


 
Letak lintang ialah suatu keadaan di mana janin melintang di dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul. Punggung janin dapat berada di depan (dorsoante­rior), di belakang (dorsoposterior), di atas (dorsosuperior),.atau di bawah (dorsoinfe­rior)
     
1.      Etiologi
Sebab terpenting terjadinya letak lintang ialah multiparitas disertai dinding dan perut yang lembek. Pada kehamilan prematur, hidramnion dan kehamilan kembar, janin sering dijumpai dalam letak lintang. Keadaan-keadaan lain yang dapat menghalangi turunnya kepala ke dalam rongga panggul seperti misalnya panggul sempit, tumor di daerah panggul dan plasenta previa dapat pula mengakibatkan terjadinya letak lintang tersebut. Demikian pula kelainan bentuk rahim, seperti misalnya uterus arkuatus atau uterus subseptus, juga merupakan penyebab terjadinya letak lintang.

2.      Diagnosis
Adanya letak lintang sering sudah dapat diduga hanya dengan inspeksi. Uterus tampak lebih melebar dan fundus uteri lebih rendah tidak sesuai dengan umur kehamilannya. Pada palpasi fundus uteri kosong, kepala janin berada di samping, dan di atas simfisis juga kosong, kecuali bila bahu sudah turun ke dalam panggul. Denyut jantung janin ditemukan di sekitar umbilikus.
Apabila bahu sudah masuk ke dalam panggul, pada pemeriksaan dalam dapat diraba bahu clan tulang-tulang iga. Bila ketiak dapat diraba, arch menutupnya menunjukkan letak di mana kepala janin berada. Kalau ketiak menutup ke kiri, kepala berada di sebelah kiri, sebaliknya kalau ketiak menutup ke kanan, kepala berada di sebelah kanan. Punggung dapat ditentukan dengan terabanva skapula dan rugs tulang belakang, sedangkan dada dengan terabanva klavikula. Kadang-kadang dapat pula diraba tali pusat yang menumbung.

3.      Mekanisme persalinan
Pada letak lintang dengan ukuran panggul normal dan janin cukup bulan, tidak dapat terjadi persalinan spontan. Bila persalinan dibiarkan tanpa pertolongan, akan menyebabkan kematian janin dan ruptura uteri. Bahu masuk ke dalam panggul, sehingga rongga panggul seluruhnya terisi bahu dan bagian-bagian tubuh lainnya.
Janin tidak dapat turun lebih lanjut dan terjepit dalam rongga panggul. Dalam usaha untuk mengeluarkan janin, segmen atas uterus terns berkontraksi dan beretraksi sedangkan segmen bawah uterus melebar Berta menipis, sehingga batas antara dua bagian itu makin lama makin tinggi dan terjadi lingkaran retraksi patologik. Keadaan demikian dinamakan letak lintang kasep, sedangkan janin akan meninggal. Bila tidak segera dilakukan pertolongan, akan terjadi ruptura uteri, sehingga janin yang meninggal sebagian atau seluruhnya keluar dari uterus dan masuk ke dalam rongga perut. Ibu berada dalam keadaan sangat berbahaya akibat perdarahan dan infeksi, dan sering kali meninggal pula.
Kalau janin kecil, sudah coati dan menjadi lembek, kadang-kadang persalinan dapat berlangsung spontan. Janin lahir dalam keadaan terlipat melalui Jahn lahir (konduplikasio korpore) atau lahir dengan evolusio spontanea menurut cara Denman atau Douglas. Pada cara Denman bahu tertahan pada simfisis dan dengan fleksi kuat di bagian bawah tulang belakang, badan bagian bawah, bokong dan kaki turun di rongga panggul dan lahir, kemudian disusul badan bagian atas dan kepala. Pada cara Douglas bahu masuk ke dalam rongga panggul, kemudian dilewati oleh bokong dan kaki, sehingga bahu, bokong dan kaki lahir, selanjutnya disusul oleh lahirnya kepala. Dua cara tersebut merupakan variasi suatu mekanisme lahirnya janin dalam letak lintang, akibat fleksi lateral yang maksimal dari tubuh janin.

4.      Prognosis
Meskipun letak lintang dapat diubah menjadi presentasi kepala, tetapi kelainan­kelainan yang menyebabkan letak lintang, seperti misalnya panggul sempit, tumor panggul dan plasenta previa masih tetap dapat menimbulkan kesulitan pada persalinan. persalinan letak lintang memberikan prognosis yang jelek, baik terhadap ibu maupun janinnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian janin pada letak lintang di samping kemungkinan terjadinya letak lintang kasep dan ruptura uteri, sering akibat adanya tali pusat menumbung serta trauma akibat versi ekstraksi untuk melahirkan janin. Versi ekstraksi ini dahulu merupakan tindakan sering dilakukan, tetapi pada saat ini sudah jarang dilakukan, karena besarnya trauma baik terhadap janin maupun ibu, seperti misalnya terjadinya ruptura uteri dan robekan jalan lahir lainnya.
 
5.      Penanganan
Apabila pada pemeriksaan anternal ditemukan letak lintang, sebaiknya diusahakan mengubah menjadi presentasi kepala dengan versi luar. Sebelum melakukan versi luar harus dilakukan pemeriksaan teliti ada tidaknya panggul sempit, tumor dalam panggul, atau plasenta previa, sebab dapat membahayakan janin dan meskipun versi luar berhasil, janin mungkin akan memutar kembali. Untuk mencegah janin memutar kembali ibu dianjurkan menggunakan korset, dan dilakukan pemeriksaan antenatal ulangan untuk menilai letak janin.
Pertolongan persalinan letak lintang pada multipara bergantung kepada beberapa faktor. Apabila riwavat obstetrik wanita yang bersangkutan baik, tidak didapatkan kesempitan panggul, dan janin tidak seberapa besar, dapat ditunggu dan diawasi sampai pembukaan serviks lengkap untuk kemudian melakukan versi ekstraksi. Selama menunggu harus diusahakan supaya ketuban tetap utuh dan melarang wanita tersebut bangun atau meneran. Apabila ketuban pecah sebelum pembukaan lengkap dan cerdapat prolapsus funikuli, harus segera dilakukan seksio sesarea. Jika ketuban pecah, tetapi tidak ada prolapsus funikuli, maka bergantung kepada tekanan, dapat ditunggu sampai pembukaan lengkap kemudian dilakukan versi ekstraksi atau mengakhiri persalinan dengan seksio sesarea. Versi ekstraksi dapat dilakukan pula pada kehamilan kembar apabila setelah bayi pertama lahir, ditemukan bayi kedua berada dalam letak lintang. Pada letak lintang kasep, versi ekstraksi akan mengakibatkan ruptura uteri, sehingga bila janin masih hidup, hendaknya dilakukan seksio sesarea dengan segera, sedangkan pada janin yang sudah mati dilahirkan per vaginam dengan dekapitasi.

Jangan lupa comment ya..
                                                            **GoodLuck**

Thursday, November 10, 2011

Robekan Jalan Lahir



  1. robekan Perineum
Pengertian Ruputur Perineum (Menurut Harry Oxorn.1998.Ilmu Kebidanan.Patologi dan Fisiologi,Yayasan Esesentia Medika)Robekan jalan lahir selalu memberikan perdarahan dalam jumlah yang bervariasi banyaknya. Perdarahan yang berasal dari jalan lahir selalu harus dievaluasi, yaitu sumber dan jumlah perdarahan sehingga dapat diatasi. Sumber perdarahan dapat berasal dari perineum vagina, servik dan robekan uterus. Perdarahan dapat dalam bentuk hematoma dan robekan jalan lahir dengan perdarahan yang bersifat arteril atau pecahnya pembuluh darah vena. Untuk dapat menetapkan sumber perdarahan dapat dilakukan dengan pemeriksaan dalam atau speculum.
Perdarahan karena robekan jalan lahir banyak dijumpai pada pertolongan persalinan. Jika perlukan hanya mengenai bagian luar (superficial) saja atau jika perlukan tersebut tidak mengeluarkan darah, biasanya tidak perlu dijahit. Hanya perlukan yang lebih dalam dimana jaringannya tidak bisa didekatkan dengan baik atau perlukan yang aktif mengeluarkan darah memerlukan suatu penjahitan.

Tujuan dari penjahitan perlukan perineum/episiotomi adalah :
a.       Untuk mendekatkan jaringan-jaringan agar proses penyembuhan bisa terjadi. Proses penyembuhan bisa terjadi, proses penyembuhan itu sendiri bukanlah hasil dari penjahitan tersebut tetapi hasil dari pertumbuhan jaringan.
b.      Untuk menghentikan perdarahan

Robekan perineum dibagi menjadi 4 tingkat :
a.       Tingkat I       :   Robekan terjadi pada selaput lendir vagina dengan atau tanpa kulit perineum
b.      Tingkat II      :   Robekan mengenai selaput lendir vagina dan otot pernei aranseralis, tetapi tidak mengenai otot sfingerani.
c.       Tingkat III    :   Robekan mengenai perineum sampai dengan otot sfingter ani
d.      Tingkat IV    :   Robekan mengenai perineum sampai dengan otot sfingter ani dan mukosa rectum.


  1. Ruptur Perineum Derajat Dua
Pada robekan tingkat dua dinding belakang vagina dan jaringan ikat yang menghubungkan otot-otot diafragma urogenitalis pada garis tengah terluka.
Pada robekan perineum tingkat dua, setelah diberi anesthesia lokal otot-otot diafragma urogenitalis dihubungkan di garis tengah dengan jahitan dan kemudian luka pada vagina dan kulit perineum ditutup dengan mengikut sertakan jaringan-jaringan dibawahnya.
a.       Siapkan peralatan untuk melakukan penjahitan
1)      Wadah berisi : sarung tangan, pemegang jarum, jarum jahit, benang jahit, kasa steril, pincet
Rasionalisasi : Ditempatkan dalam satu wadah agar memudahkan pekerjaan.
2)      Kapas DTT
Rasionalisasi : Untuk membersihkan perineum dari lendir dan darah
3)      Buka spuit sekali pakai 10 ml dari kemasan steril, jatuhkan dalam wadah DTT
Rasionalisasi : Menghindari adanya kontaminasi dari tangan penolong
4)      Patahkan ampul lidokain
Rasionalisasi ; Lindokain untuk anestesi luka jalan lahir
b.      Atur posisi bokong ibu pada posisi litotomi ditepi tempat tidur
Rasionalisasi : Agar luka terlihat dan penjahitan lebih mudah dilakukan
c.       Pasang kain bersih dibawah bokong ibu
Rasionalisasi : Menghindari terjadinya infeksi karena kain untuk persalinan sudah kotor oleh lendir dan darah.
d.      Atur lampu sorot atau senter kearah vulva / perineum ibu
Rasionalisasi : Untuk dapat melihat dengan jelas luka perineum
e.       Pastikan lengan / tangan tidak memakai perhiasan, cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
Rasionalisasi : Mencuci tangan termasuk dalam upaya pencegahan infeksi dan di air mengalir karena mikroorganisme akan tumbuh dan berkembang di air yang tidak mengalir
f.       Pakaian satu sarung tangan DTT pada tangan kanan
Rasionalisasi : Untuk mengambil spuit yang ada pada wadah DTT
g.      Ambil spuit dengan tangan yang bersarung tangan, isi tabung suntik dengan lidokain dan letakkan kembali kedalam wadah DTT
Rasionalisasi : Untuk memudahkan pekerjaan dan menjaga agar spuit tidak tersentuh oleh alat-alat on-steril
h.      Lengkapi pemakaian sarung tangan pada tangan kiri
Rasionalisasi : Pemakaian sarung tangan termasuk dalam pencegahan infeksi
i.        Bersihkan vulva dan perineum dengan kapas DTT dengan gerakan satu arah dari vulva ke perineum
Rasionalisasi : Untuk mencegah kontaminasi kotoran tinja
j.        Periksa vagina, servik, dan perineum secara lengkap, pastikan bahwa laserasi hanya merupakan derajat satu atau dua
Rasionalisasi : Karena jika laserasi derajat II dan IV, jangan mencoba untuk menjahit siapkan rujukan segera.

B.     Etiologi
2)      Robekan Serviks dan Vagina

Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua tersering dari perdarahan pasca persalinan. Robekan dapat terjadi bersama dengan atonia uteri. Perdarahan pasca persalinan dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh robekan serviks atau vagina.
Banyak wanita mengalami robekan perineum pada saat melahirkan anak pertama, pada sekitar separuh dari kasus-kasus tersebut, robekan ini akan amat luas. Laserasi harus diperbaiki dengan cermat

C.    Penyebab Maternal
  1. Partus presipitatus yang tidak dikendalikan dan tidak ditolong
  2. Pasien tidak mampu berhenti mengejan
  3. Partus diselesaikan secara tergesa-gesa dengan dorongan fundus yang berlebihan.
  4. Edema dan kerapuhan pada perineum
  5. Varikositas vulva yang melemahkan jaringan perineum
  6. Arcus pubis sempit dengan pintu bawah panggul yang sempit pula sehingga menekan kepala bayi ke arah posterior.
  7. Peluasan episiotomi

Faktor-faktor janin :
  1. Bayi yang besar
  2. Posisi kepala yang abnormal, misalnya presentasi muka dan occipitoposterior
  3. Kelahiran bokong
  4. Ekstrasksi forceps yang sukar
  5. Dystocia bahu
  6. Anomali congenital, seperti hydrocephalus.

Laserasi derjat kedua merupakan luka robekan yang lebih dalam, luka ini terutama mengenai garis tengah dan melebar sampai corpus perineum. Acapkali musculus peirneus transverses turut terobek dan robekan dapat turun tapi tidak mencapai sphincter recti. Biasanya robekan meluas ke atas disepanjang mukosa vagina dan jaringan submukosa. Keadaan ini menimbulkan laserasi yang berbentuk  segitiga ganda dengan dasar pada fourcheffe, salah satu apex pada vagina dan apex lainnya di dekat rectum.



D.    Perbaikan
Perbaikan pada laserasi derajat dua dilakukan lapis demi lapis
1.      Jahitan terputus, menerus ataupun jahitan simpul digunakan untuk merapatkan tepi mukosa vagina dan submukosanya.
2.      Ototo-otot yang dalam corpus perineum dijahit menjadi satu dengan jahitan terputus (gambar 4b)
3.      Jahitan subcutis bersambung atau jahitan terputus, yang disimpul secara longgar, menyatukan kedua tepi kulit (gambar 4c)

E.     Pemberian Anestesi Lokal
1.      Pilihan obat (biasanya lidokain)
2.      Dosis obat (20-30 ml)
3.      Pemeriksaan obat (nama, kekuatan, dan dosis sebelum diberikan)
4.      Teknik infiltrasi (tepat dibawah kulit)
a.       Pasang jarum 1 ½ inci ukuran 22 pada spuit 20 cc
b.      Isi spuit dengan lidokain
c.       Suntikkan keseluruhan panjang jarum ke dalam robekan vagina tepat dibawah kulit. Tarik batang penghisap spuit dan lihat jika ada darah (jika anestesi lokal diinjeksikan langsung ke dalam pembuluh darah, maka dapat menyebabkan denyut jantung irregular). Injeksikan bersamaan saat anda menarik spuit.
d.      Lakukan hal tersebut pada kedua sisi robekan vagina
e.       Ulangi prosedur pada kedua sisi robekan perineum. 

**GoodLuck**

Tuesday, November 1, 2011

PEMELIHARAAN KEHAMILAN


 
Pengertian :
Suatu program berkesinambungan selama kehamilan, persalinan, kelahiran dan nifas yang terdiri atas edukasi , penapisan, deteksi dini, pencegahan, pengobatan, rehabilitasi yang bertujuan untuk memberikan rasa aman dan nyaman kepada ibu dan janinnya sehingga kehamilan menjadi suatu pengalaman yang menyenangkan
 
Prinsip dasar :
·     Identifikasi faktor risiko
·     Penapisan dan deteksi dini
·     Evaluasi dan penilaian maternal dan pertumbuhan janin
·     Evaluasi dan penilaian jalan lahir
·     Konseling nutrisi, senam hamil, medis, genetik (bila mungkin)
Diagnosis
·     Anamnesis
·     Pemeriksaan fisik
·     Pemeriksaan obstetri
·     Penunjang diagnostik
- USG
- CTG
- Laboratorium
Manajemen
Trimester  I
·     Memastikan kehamilan
·     Memastikan intrauterin – hidup
·     Memastikan kehamilan tunggal / multipel
·     Memastikan usia kehamilan
·     Memastikan faktor risiko
·     Persiapan dan pemeliharaan payudara
·     Screening thalasemia, hepatitis B, Rhesus (bila mungkin)
·     Pemeriksaan TORCH (bila mungkin)
 
Trimester II
·     Penapisan defek bumbung saraf  (Neuro Tube Defect)
·     Penapisan defek jantung (bila mungkin)
·     Evaluasi pertumbuhan janin
·     Evaluasi toleransi maternal
·     Penapisan servikovaginitis
·     Penapisan infeksi saluran kemih (ISK)
·     Penapisan diabetes melitus (DM) pada 24-30 minggu
 
Trimester III
·     Evaluasi pertumbuhan janin
·     Evaluasi toleransi maternal
·     Evaluasi jalan lahir / kelahiran
·     Perencanaan tempat persalinan / perawatan neonatal
 
Prognosis
·     Tergantung faktor risiko.




**GoodLuck**