Monday, October 10, 2011

ABORTUS INCOMPLETE

ABORTUS INCOMPLET


Pendahuluan
Istilah Abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Sampai saat ini janin yang terkecil, yang dilaporkan dapat hidup diluar kandungan, mempunyai berat badan 297 gram waktu lahir. Akan tetapi, karena jarangnya janin yang dilahirkan dengan berat badan di bawah 500 gram dapat hidup terus, maka abortus ditentukan sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau kurang dari 20 minggu (Dikutip dari Buku Ilmu Kebidanan).

1. Pengertian Abortus
Abortus atau keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan.
Dibawah ini dikemukakan beberapa definisi para ahli tentang abortus
EASTMEN : Abortus ialah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup hidup sendiri diluar uterus. Belum sanggup diartikan apabila fetus itu beratnya terletak antara 400 – 1000 gram atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu.
JEFFCOAT : Abortus adalah pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 28 minggu.
HOLMER : Abortus adalah terputusnya kehamilan sebelum minggu ke-16, dinamakan proses plasentasi belum siap.
(Sinopsis Obstetri Jilid I, 2002)


2. Etiologi (Sinopsis Obstetri Jilid I, 2002)
Faktor-faktor yang menyebabkan kematian fetus adalah
1. Kelainan ovum
Menurut HERTIG dkk, pertumbuhan abnormal dari fetus sering menyebabkan abortus spontan. Menurut penyelidikan mereka, dari 1000 abortus spontan, maka 48,9% disebabkan karena ovum yang patologis ; 3,2% disebabkan oleh kelainan letak embriio, dan 9,6% disebabkan karena plasenta yang abnormal.
Pada ovum abnormal 6% diantaranya terdapat degenerasi hidatid vili. Abortus spontan yang disebabkan oleh karena kelainan dari ovum, berkurang kemungkinannya kalau kehamilan sudah lebih dari satu bulan, artinya makin muda kehamilan saat terjadinya abortus makin besar kemungkinan disebabkan oleh kelaninan ovum (50-80%)
2. Kelainan genetalia ibu
Misalnya pada ibu yang menderita :
a. Anomali kogenital (hipoplasia uteri, uterus bikornis dll)
b. Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi uteri fisaka
c. Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari ovum yang sudah dibuahi, seperti kurangnya progesteron atau estrogen, endometritis, mioma submukosa.
d. Uterus terlalu cepat teregang (kehamilan ganda, mola)
e. Distorsio uterus, misalnya karena terdorong oleh tumor pelvis.
3. Gangguan sirkulasi plasenta
Kita jumpai pada ibu yang menderita penyakit nefritis, hipertensi, toksemia gravidarum, anomali plasenta, dan endarteritis oleh karena lues.
4. Penyakit-penyakit ibu
Misalnya pada :
a. Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti peneumonia, tifoid, pielitis, rubeola, demam malta dan sebagainya. Kematian fetus dapat disebabkan karena toksin dari ibu atau infasi kuman atau virus pada fetus.
b. Keracunan Pb, nikotin, gas racun, alkohol dan lain-lain
c. Ibu yang asfiksia seperti pada dekompensasi kordis, penyakit paru berat, anemia gravis.
d. Malnutrisi, avitaminosis dan gangguan metabolisme, hipotiroid, kekurangan vit A, C atau E, diabeters melitus.
5. Antagonis Rhesus
Pada antagonis rhesus, darah ibu yang melalui plasenta merusak darah fetus, sehingga terjadi anemia pada fetus yang berakibat meninggalnya fetus.
6. Terlalu cepatnya korpus luteum menjadi atrofis, atau faktor serviks, yaitu inkompetensi serviks, servisitis.
7. Perangsang pada ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi; umpamanya : sangat terkejut, obat-obat uterotonika, ketakutan, laparotomi, dan lain-lain. Atau dapat juga karena trauma langsung terhadap fetus; selaput janin rusak langsung karena instrumen, benda dan obat-obatan.
8. Penyakit Bapak : umur lanjut, penyakit kronis seperti : TBC, anemia, dekompensasi kordis, malnutrisi, nefritis, sifilis, keracunan (alkohol, nikotin, pada, dll) sinar rontgen, avitaminosis

Frekuensi
Diperkirakan frekuensi keguguran spontan berkisar antara 10-15%. Namun demikian, frekuensi keguguran yang pasti sukar ditentukan, karena abortus buatan banyak yang tidak dilaporkan, kecuali bila terjadi komplikasi. Juga karena sebagian keguguran spontan hanya disertai gejala dan tanda ringan, sehingga wanita tidak datang ke dokter atau rumah sakit.
Menurut SIEGLER dan EASTMAN, abortus terjadi pada 10% kehamilan. RS Pringadi Medan juga mendapati angka 10% dari seluruh kehamilan. Menurut EASTMAN, 80% dari abortus terjadi pada bulan ke 2-3 kehamilan, sementara SIEMENS mendapatkan 76% (Sinopsis Obstetri Jilid I, 2002).
Patologi
Pada permulaan, terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti oleh nekrosis jaringan sekitarnya, kemudian sebagian atau seluruh hasil konsepsi terlepas. Karena benda yang dianggap asing, maka uterus berkontraksi untuk mengeluarkannya. Pada kehamilan di bawah 8 minggu, hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya, karena vili korealis belum menembus desidua terlalu dalam; sedangkan pada kehamilan 8-14 minggu, telah masuk agak dalam, sehingga sebagian keluar dan sebagian lagi akan tertinggal, karena itu akan banyak terjadi perdarahan (Sinopsis Obstetri Jilid I, 2002).
Pemeriksaan Penunjang
- Tes kehamilan : Positif (+) bila janin masih hidup, bahkan 2-3 mg, setelah abortus
- Pemeriksaan Dooppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
- Permeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion.


3. Klasifikasi
Abortus dapat dibagi atas 2 bagian :
1. Abortus spontan
Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis ataupun medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.
2. Abortus Provakotus (induced abortion)
Adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat. Abortus ini lalu dibagi lagi menjadi :
a. Abortus medisinalis (abortus theraupetica)
Adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis), biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.
b. Abortus kriminalis
Adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.


4. Klinis Abortus Spontan
Dapat dibagi atas :
1. Abortus kompletus (keguguran lengkap) : artinya seluruh hasil konsepsi dikeluarkan, sehingga rongga rahim kosong.
Terapi : Hanya dengan uterotonika
2. Abortus inkompletus (keguguran bersisa) : hanya sebagian dari konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau plasenta.
Gejala : Didapat antara lain adalah aminore, sakit perut, dan mules-mules, perdarahan yang sedikit atau banyak dan biasanya berupa stosel(darah beku),sudah ada keluar fetus atau jaringan.
Terapi :Bila ada tanda –tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian cairan dan transfusi darah. Kemudian keluarkan jaringan secepat mungkin dengan metode digital dan kuretase .setelah itu beri obat – obat uterotenika dan antibiotik.
3. Abortus insipiens (keguguran sedang berlangsung)
Adalah abortus yang sedang berlangsung, dengan astium sudah terbuka dan ketuban yang teraba. Kehamilan ini tidak dapat dipertahankan lagi.
Terapi : seperti abortus inkompletus
4. Abortus Iminens (Keguguran membakat)
Dalam hal ini keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan memberikan obat-obat hormonal dan antispasmodika serta istirahat. Kalau perdarahan setelah beberapa minggu masih ada, maka perlu ditentukan apakah kehamilan masih baik atau tidak. Kalau reaksi kehamilan 2 kali berturut-turut negatif, maka sebaiknya uterus dikosongkan (kuret)
5. Missed Abortion
Adalah keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih. Fetus yang meninggal ini
a. Bisa keluar dengan sendirinya dalam 2-3 bulan sesudah fetus mati
b. Bisa direabsorbsi kembali hingga hilang
c. Bisa terjadi mengering dan menipis yang disebut : fetus papyraceus
d. Bisa jadi mola karnosa, dimana fetus yang sudah mati 1 minggu akan mengalami degenerasi dan air ketubannya diresorbsi.
6. Abortus habitualis (keguguran berulang) adalah keadaan dimana penderita mengalami keguguran berturu-turut 3 kali atau lebih. Menurut HERTIG abortus spontan terjadi dalam 10% dari kehamilan dan abortus habitualis 3,6 – 9,8% dari abortus spontan
7. Abortus infeksiosus dan abortus septik :
Abortus infeksiosus adalah keguguran yang disertai infeksi genital.
Abortus septik adalah keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya ke dalam peredaran darah atau peritoneum, hal ini sering ditemukan pada abortus inkompletus, atau abortus buatan, terutama yang kriminalis tanpa memperhatikan syarat-syarat asepsis dan antisepsis. Bahkan pada keadaan tertentu dapat terjadi perforasi rahim

5. Komplikasi Abortus
1. Perdarahan (hemorrhage)
2. Perforasi : sering terjadi sewaktu dilatasi dan kuretase yang dilakukan oelh tenaga yang tidak ahli.
3. Infeksi dan tetanus
4. Payah ginjal akut
5. Syok, pada abortus dapat disebabkan oleh :
a. Perdarahan yang banyak disebut syok hemoragik
b. Infeksi berat atau sepsis disebut syok septik atau endoseptik