Sunday, September 16, 2012

Pre-Eklamsi Dan Eklamsi

 
LANDASAN TEORI

2.1      Pre-Eklamsi Dan Eklamsi
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. setelah perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyabab kematian maternal dan perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan. karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati pre-eklamsi ringan agar tidak berlanjut menjadi eklamsi. hal ini hanya bisa diketahui bila ibu hamil memeriksakan dirinya selama hamil. jadi jelaslah bahwa pemeriksaan antenatal yang teratur sangat penting dalam upaya pencegahan pre-eklamsi dan eklamsi.
Definisi
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari atas: hipertensi, proteinuri, dan edema; yang kadang-kadang disertai konvulsi sampai koma. Ibu tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan-kelainan vaskular atau hipertensi sebelumnya.

EKLAMSI
Eklamsi dalam bahasa Yunani berarti ”halilintar”, karena kejang-kejang timbul tiba-tiba seperti petir.
Pada ibu penderita pre-eklamsia berat, timbul konvulsi yang dapat diikuti oleh koma. Menurut saat timbulnya dibagi dalam (1) elamsi gravidarum (50%); (2) eklamsi parturien (40%) eklamsi puerperium (10%).
Angka kejadian eklamsi bervariasi di berbagai negara. Makin maju suatu negara, tambah tinggi kesaran masyarakatnya terhadap pentingnya arti antenatal care, tambah rendah angka kejadian eklamsinya.
Frekuensi di negara-negara maju                    0,05 – 0,1%
Frekuensi di negara-negara berkembang         0,3 – 0,7%
Malaysia (1953-1965) – kasus di rumah sakit:
Frekuensi di rumah sakit         1:320
Frekuensi seluruhnya              1:700
Gejala-Gejala Eklamsi  
Biasanya didahului oleh gejala dan tanda per-ekelamsi berat. serangan eklamsi dibagi dalam 4 tingkat:
1)      Stadium invasi (awal atau aurora)
Mata terpaku dan terbuka tanpa melihat, kelopak mata dan tangan bergetar, kepala dipalingkan ke kanan atau ke kiri.
Stadium ini berlangsung kira-kira 30 detik.
2)      Stadium kejang tonik.
Seluruh otot badan jadi baku, wajah kaku, tangan mengenggam dan kaki membengkok ke dalam, pernfasan berhenti, muka mulai kelihatan sianosis, lidah dapat tergigit.
3)      Stadium kejang klonik
Semua otot berkontraksi berulang-ulang dalam waktu yang cepat. Mulut terbuka dan menutup, keluar ludah berbusa dan lidah dapat tergigit. Mata melotot, muka kelihatan kongesti dan sianosis. Setelah berlangsung selama 1-2 menit kejang klonik berhenti dan penderita tidak sadar, menarik nafas seperti mendengkur.
4)      Stadium Koma
Lamanya ketidaksadaran (koma) ini berlangsung selama beberapa menit sampai berjam-jam. Kadang-kadang antara kesadaran timbul serangan baru dan akhirnya ibu tetap dalam keadaan koma.
selama serangan tekanan darah meninggi, nadi cepat dan suhu naik sampai 40oC.

2.2      Klasifikasi Pre-Eklamsi
Dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
1)      Pre-eklamsi ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut::
a)      Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring terlentang; atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih; atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih. Cara pengukuran sekurang-kurangays pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam.
b)      Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka; atau kenaikan berat badan 1 kg atau lebih per minggu.
c)      Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter; kwalitatif 1 + atau 2+ pada urin kateter atau midstream.
2)      Pre-eklamsi berat, bila disertai keadaan sebagai berikut:
a)      Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
b)      Protemuria 5 gr atau lebih per liter.
c)      Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500cc per 24 jam.
d)     Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri di epigastrium.
e)      Terdapat edema paru dan sianosis.

2.3      Pre-Eklamsi Ringan
Pengobatan hanya bersifat simtomatis dan selain rawat inap, maka penderita dapat dirawat jalan dengan skema periksa ulang yang lebih sering, misalnya 2 kali seminggu.
Penanganan pada penderita rawat jalan atau rawat inap adalah dengan istirahat di tempat tidur. diet rendah garam, dan berikan obat-obatan seperti Valium tablet 5 mg dosis 3 kali sehari atau fenobarbital tablet 30 mg dengan dosis 3 kali 1 sehari.
Diuretika dan obat antihipertensi tidak dianjurkan, karena obat ini tidak begitu bermanfaat, bahkan bisa menutupi tanda dan gejala pre-elamsi berat.
Dengan cara di atas biasanya pre-eklamsi ringan jadi tenang dan hilang, ibu hamil dapat dipulangkan dan diperiksa ulang lebih sering dari biasa.
Bila gejala masih menetap, penderita tetap dirawat inap. Monitor keadaan janin: kadar estriol urin, lakukan amnioskopi, dan ultrasografi, dan sebagainya. Bila keadaan mengizinkan, barulah dilakukan induksi partus pada usia kehamilan minggu 37 keatas.

Etiologi
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak teori-teori dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya, oleh karena itu disebut “penyakit teori”; namun belum ada memberikan jawaban yang memuaskan. Teori yang sekarang dipakai sebagai penyebab pre-eklamsi adalah teori “iskemia plasenta”. Namun teori ini belum dapat menerangkan semua hal yang bertalian dengan.penyakit ini.
Teori yang dapat diterima haruslah dapat nenerangkan (a) mengapa frekuensi menjadi tinggi pada: primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, dan molahidatidosa; (b) mengapa frekuensi bertambah seiring dengan tuanya kehamilan, umumnya pada triwulan III; (c) mengapa terjadi perbaikan keadaan penyakit, bila terjadi kematian janin dalam kandungan; (d) mengapa frekuensi menjadi iebih rendah pada kehamilan berikutnya; dan (e) penyebab timbulnya hipertensi, proteinuria, edema, dan konvulsi sampai koma. Dan hal-hal tersebut di atas, jelaslah bahwa bukan hanya satu faktor, melainkan banyak faktor yang menyebabkan pre-eklamsi dan eklamsi.

Patofisiologi
Pada pre-eklamsi terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalmai spasme, maka tekanan darah dengan akan naik, sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigenisasi jaringan dapat dicukupi.
Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstisial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi ari dan garam. proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus.


Perubahan pada organ-organ
·         Otak
Pada pre-eklamsi aliran darah dan pemakaian oksigen tetap dalam batas-batas normal. Pada eklamsi resistensi pembuluh darah meninggi, ini terjadi pula pada pembuluh darah otak. Edema yang terjadi pada otak dapat menimbulkan kelainan serebral dan gangguan visus, bahkan pada keadaan lanjut dapat terjadi perdarahan.
·         Plasenta dan rahim.
Aliran darah menurun ke plasenta dan menyebabkan gangguan plasenta, sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi gawat janin. Pada pre-eklamsi dan eklamsi sering terjadi peningkatan tonus rahim dan kepekaannya terhadap rangsang, sehingga terjadi partus prematurus.
·         Ginjal.
Filtrasi glomerulus berkurang oleh karena aliran ke ginjal menurun. Hal ini menyebabkan filtrasi natrium melalui glomerulus menurun, sebagai akibatnya terjadilah retensi garam dan air. Filtrasi glomerulus dapat turun sampai 50% dan normal sehingga pada keadaan lanjut dapat terjadi oliguria dan anuria.
·         Paru-paru.
Kematian ibu pada pre-eklamsi dan eklamsi biasanya disebabkan oleh edema paru yang menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa pula karena terjadinya aspirasi pnemonia atau abses paru.
·         Mata
Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Bila terdapat hal-hal tersebut, maka harus dicurigai terjadinya pre-eklamsi berat Pada eklamsi dapat terjadi ablasio retina yang disebabkan edema intra-okuler dan merupakan salah satu indikasi untuk melakukan terminasi kehamilan. Gejala lain yang dapat menunjukkan tanda pre-eklamsi berat yang mengarah pada eklamsi adalah adanya skotoma, diplopia, dan ambliopia. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau di dalam retina
·         Keseimbangan air dan elektrolit.
Pada pre-eklamsi ringan biasanya tidak dijumpai perubahan yang nyata pada metabolisme air, elektrolit, kristaloid, dan protein serum. Jadi, tidak terjadi gangguan keseimbangan elektrolit. Gula darah, kadar natrium bikarbonat, dan pH darah berada pada batas normal. Pada pre-eklamsi berat dan eklamsi, kadar gula darah naik sementara. asam laktat dan asam organik lainnya naik, sehingga cadangan alkali akan turun. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh kejang-kejang. Setelah konvulsi selesai zat-zat organik dioksidasi, dan dilepaskan natrium yang lalu bereaksi dengan karbonik sehingga terbentuk natrium. bikarbonat. Dengan demikian cadangan alkali dapat kembali pulih normal.
Oleh beberapa penulis/ahli kadar asam urat dalam darah dipakai untuk menentukan arah pre-eklamsi menjadi baik atau tidak setelah diberikan penanganan.

Penatalaksanaan
1.      Rawat jalan (pada umur kehamilan kurang dari 37 minggu)
a.       Banyak istirahat (berbaring/ tidur miring)
b.      Diet biasa
c.       Dilakukan pemeriksaan feotal assessment (USG dan NST) setiap 2 minggu.
d.      Pemeriksaan Laboratorium : Darah lengkap, homosistein, urine lengkap, fungsi ginjal, gula darah acak.
e.       Kunjungan ulang setiap 1 minggu
f.       Jika terdapat peningkatan proteinuria dirawat sebagai pre eklampsia berat.
2.      Rawat tinggal
a.       Kriteria untuk rawat tinggal
-          Hasil feotal assessment meragukan atau jelek dilakukan terminasi.
-          Kecendrungan menuju gejala preeklampsia berat (timbul salah satu atau lebih gejala preeklampsia berat)
-          Bila dalam 2 x kunjungan tidak ada perbaikan (2 minggu)
b.      Evaluasi/ pengobatan selama rawat tinggal.
-          Tirah baring total
-          Pemeriksaan laboratorium:
·         Darah lengkap
·         Hemosistein
·         Fungsi hati/ ginjal
·         Urine lengkap
-          Dilakukan fetal assessment (USG dan NST)
-          Dilakukan pemeriksaan indeks getosis.
3.      Evaluasi hasil pengobatan
Pada dasarnya evaluasi pengobatan dilakukan berdasarkan hasil dari fetal assessment. Bila didaptkan hasil:
a.       Jelek, dilakukan terminasi kehamilan.
b.      Ragu-ragu, dilakukan evaluasi ulang NST kesejahteraan janin, 1 hari kemudian
c.       Baik:
-          penderita dirawat sekurang-kurangnya 4 hari
-          bila preterm pendertita dipulangkan
-          bila aterm dengan PS baik lebih dari 5 dilakukan terminasi dengan oksitosin drip
d.      bila didapatkan keluhan subjektif seperti dibawah ini dirawat sebagai pre eklampsi berat
-          nyeri ulu hati
-          mata berkunag-kunang
-          irritable
-          sakit kepala
e.       bila umur kehamilan aterm lebih dari 37 minggu (langsung dilakukan terminasi kehamilan)

Penanganan preeklampsia ringan  jika kehamilan <37 minggu, dan tidak ada tanda-tanda perbaikan, lakukan penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan:
·         Pantau tekanan darah, proteinuria, refleks da kondisi janin.
·         Lebih banyak istirahat
·         Diet biasa
·         Tidak perlu di beri obat-obatan
·         Jika rawat jalan tidak mungkin, rawat di rumah sakit:
-          Diet biasa
-          Pantau TD 2 kali sehari, proteinuria 1 x sehari
-          TTTidak perlu obat-obatan
-          Tidak perlu diuretic, kecuali jika terdapat edema paru, dekompensasi kordis atau gagal ginjal akut
-          Jika tekanan diastolic turun sampai normal pasien dapat dipulangkan
ê  Nasehatkan untuk istirahat dan perhatikan tanda-tanda preeklampsia berat
ê  Kontrol 2 kali seminggu
ê  Jika tekanan diastolic naik lagiàrawat kembali
-          Jika tidak ada tanda-tanda perbaikanà tetapkan dirawat
-          Jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan terminasi kehamilan
-          Jika proteinuria meningkat, tangani sebagai preeklampsi berat.
Jika kehamilan >37 minggu, pertimbangkan terminasi
·         Jika serviks matang, lakukan induksi dengan oksitosin 5 IU dalam 500 ml dextrose IV 10 tetes/menit atau dengan prostaglandin.
·         Jika serviks belum matang, berikan prostaglandin, misoprostol atau kateter voly atau terminasi dengan Seksio Caesaria.

Pencegahan
-          Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti, mengenali tanda-tanda sedini mungkin (pre-eklamsi ringan), lalu diberikan pengobatan yang cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat.
-          Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya pre-eklamsi kalau ada faktor-faktor predisposisi.
-          Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur, ketenangan, serta pentingnya mengatur diit rendah garam, lemak, serta karbohidrat dan tinggi ptortein juga menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan.

**GoodLuck**