Thursday, December 22, 2011

Penyakit radang panggul (PRP) / Pelvic inflammatory disease (PID)

 
PENGERTIAN PENYAKIT RADANG PANGGUL
            Penyakit radang panggul (PRP) atau Pelvic inflammatory disease (PID) merupakan infeksi genetalia bagian atas wanita, yang sebagian akibat hubungan seksual, Penyakit radang panggul dapat bersifat akut atau menahun atau akhirnya menimbulkan berbagai penyulit ikutan yang berakhir dengan terjadi perlekatan dan pasangan yang telah kawin akan mengalami kemandulan.

Pada pemeriksaan dalam dapat dijumpai :
·         Tegang di bagian bawah.
·         Nyeri dan nyeri gerak pada serviks.
·         Dapat teraba tumor karena pembentukan abses.
·         Di bagian belakang rahim terjadi timbunan nanah.
·         Dalam bentuk menahun mungkin teraba tumor, perasaan tidak enak (discomfort) di bagian bawah abdomen.

Dalam menghadapi penyakit radang panggul, bidan dapat segera melakukan konsultasi atau merujuk penderita sehingga mendapatkan pengobatan yang lebih sempurna. Tujuan pengobatan sedapat mungkin menyembuhkan penyakit sehingga tidak dijumpai penyulit lanjutan dalam bentuk perlekatan atau penyakit menjadi menahun. Pengobatan diharapkan tidak akan menimbulkan perlekatan, sehingga tidak akan menjadi pasangan mandul. Pengobatan pasangan mandul sangat sulit karena pemeriksaan yang kompleks, tidak dapat ditentukan waktu pengobatan, dan biaya yang diperlukan sulit diperhitungkan.

1.2.2        PATOFISIOLOGI
Terjadinya radang panggul dipengaruhi beberapa factor yang memegang peranan, yaitu :
1.      Tergangunya barier fisiologik.
Secara fisiologik penyebaran kuman ke atas ke dalam genetalia interna, akan mengalami hambatan :
a.       Di ostium uteri eksternum.
b.      Di kornu tuba.
c.       Pada waktu haid, akibat adanya deskuamasi endometrium maka kuman-kuman pada endometrium turut terbuang.
Pada ostium uteri eksternum, penyebaran asenden kuman-kuman dihambat secara : mekanik, biokemik dan imunologik.
Pada keadaan tertentu barier fisiologik ini dapat terganggu, misalnya pada saat persalinan, abortus, instrumentasi pada kanalis servikalis dan insersi alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR).
2.      Adanya organisme yang berperan sebagai vektor.
Trikomonas vaginalis dapat menembus barier fisiologik dan bergerak sampai tuba falopii. Kuman-kuman sebagai penyebab infeksi dapat melekat pada trikomonas vaginalis yang berfungsi sebagai vektor dan terbawa sampai tuba Falopii dan menimbulkan peradangan ditempat tersebut. Sepermatozoa juga terbukti berperan sebagai vector untuk kuman-kuman N.gonore, Ureaplasma ureoltik, C.trakomatis dan banyak kuman-kuman aerobik dan anaerobik lainnya.
3.      Aktivitas seksual.
Pada waktu koitus, bila wanita orgasme, maka akan terjadi kontraksi uterus yang dapat menarik spermatozoa dan kuman-kuman memasuki kanilis servikalis.
4.      Peristiwa haid.
Radang panggul akibat N. gonore mempunyai hubungan dengan siklus haid. Peristiwa haid yang siklik, berperan penting dalam terjadinya radang panggul gonore.
Periode yang paling rawan terjadinya radang panggul adalah pada minggu pertama setelah haid. Cairan haid dan jaringan nekrotik merupakan media yang sangat baik untuk tumbuhannya kuman-kuman N. gonore. Pada saat itu penderita akan mengalami gejala-gejala salpingitis akut disertai panas badan. Oleh karena itu gejala ini sering juga disebut sebagai “ Febrile Menses ”.

1.2.3        GEJALA KLINIK
A.    Pemeriksaan fisik
1.      Suhu tinggi disertai takikardi.
2.      Nyeri suprasimfisis terasa lebih menonjol dari pada nyeri dikuadran atas abdomen.
3.      Bila sudah terjadi iritasi peritoneum, maka akan terjadi “rebound tenderness”, nyeri tekan, dan kekakuan otot perut sebelah bawah.
4.      Tergantung dari berat dan lamanya keradangan, radang panggul dapat pula disertai gejala ileus paralitik.
5.      Dapat disertai metroragi, menoragi.

B.     Pemeriksaan ginekologik
Pada pemeriksaan ginekologik didapatkan :
1.      Pembengkakan dan nyeri pada labia didaerah kelenjar Bartholini.
2.      Bila ditemukan flour albus purulen, umumnya akibat kuman N. gonore. Sering kali juga disertai perdarahan-perdarahan ringan diluar haid, akibat endometritis akuta.
3.      Nyeri daerah parametrium, dan diperberat bila dilakukan gerakan-gerakan pada servik.
4.      Bila sudah terbentuk abses, maka akan teraba masa pada adneksa disertai dengan suhu meningkat. Bila abses pecah, akan terjadi gejala-gejala pelvioperitonitis atau peritonitis generalisata, tenesmus pada rectum disertai diare.
5.      Pus ini akan teraba sebagai suatu massa dengan bentuk tidak jelas, terasa tebal dan sering disangka suatu subserous mioma.
6.      Pemeriksaan inspekulo memberikan gambaran : keradangan akut serviks, bersama dengan keluarnya cairan purulen.
7.      Pecahnya abses tubo ovarial secara massif, memberikan gambaran yang khas. Rasa nyeri mendadak pada perut bawah, terutama terasa pada tempat rupture. Dalam waktu singkat seluruh abdomen akan terasa nyeri karena timbulnya gejala perioritas generalisata. Bila jumlah cairan purulen yang mengalir keluar banyak akan terjadi syok. Gejala pertama timbulnya syok ialah mual dan muntah-muntah, distensi abdomen disertai tanda-tanda ileus paralitik. Segera setelah pecahanya abses, suhu akan menuru atau subnormal, dan beberapa waktu kemudian suhu meningkat tinggi lagi. Syok terjadi akibat rangsangan peritoneum dan penyebaran endotoksin.
8.      Anemi sering dijumpai pada abses pelvic yang sudah berlangsung beberapa minggu.
  
1.2.4        DIAGNOSIS
Diagnosis radang panggul berdasarkan kriteria dari “Infectious Disease Society for Obstetrics & Gynecology”, USA. 1983, ialah :
A.    Ketiga gejala klinik dibawah ini harus ada :
1.      Nyeri tekan pada abdomen, dengan atau tanpa rebound.
2.      Nyeri bila servik uteri digerakkan.
3.      Nyeri pada adneksa.
B.     Bersamaan dengan satu atau lebih tanda-tanda dibawah ini :
1.      Negatif gram diplokok pada secret endoserviks.
2.      Suhu diatas 38º C.
3.      Lekositosis lebih dari 10.000 per mm³.
4.      Adanya pus dalam kavum peritonei yang didapat dengan kuldosentesis maupun laparaskopi.
5.      Adanya abses pelvic dengan pemeriksaan bimanual maupun USG.



Berdasarkan rekomendasi “Infectious Disease Society for Obstetrics & Gynecology”, USA, Hager membagi derajat radang panggul menjadi :
Derajat I             :  Radang panggul tanpa penyulit (terbatas pada tuba dan ovarium ), dengan atau tanpa pelvio – peritonitis.
Derajat II           :  Radang panggul dengan penyulit (didapatkan masa radang, atau abses pada kedua tuba ovarium) dengan atau tanpa          pelvio – peritonitis.
Derajat III          :  Radang panggul dengan penyebaran diluar organ-organ pelvik, misal adanya abses tubo ovarial.

1.2.5        PENYULIT
Penyulit radang panggul dapat dibagi :
1.      Penyulit segera.
Penyulit segera pada radang panggul ialah : pembentukan abses dan peritonitis, perhepatitis (“Fitz-hugh Curth Syndrome”) dan sakrolitis.
2.      Penyulit jangka panjang.
Penyulit jangka panjang adalah akibat kerusakan morfologik genitalia interna bagian atas yaitu berupa :
a.       Infeksi berulang.
Radang panggul yang timbul kembali setelah 6 minggu pengobatan terakhir. Wanita yang pernah mengalami radang panggul mempunyai resiko 6-10 kali timbulnya episode radang panggul.
b.      Infertilitas.
c.       Kehamilan ektopik.
d.      Nyeri pelvic kronik.

1.2.6        PENATALAKSANAAN
Berdasar derajat radang panggul, maka pengobatan dibagi menjadi :
1.      Pengobatan rawat jalan.
Pengobatan rawat inap dilakukan kepada penderita radang panggul derajat I.
Obat yang diberikan ialah :
Ø  Antibiotik : sesuai dengan Buku Pedoman Penggunaan Antibiotik.
-          Ampisilin 3.5 g/sekali p.o/ sehari selama 1 hari dan Probenesid 1 g sekali p.o/sehari selama 1 hari. Dilanjutkan Ampisilin 4 x 500 mg/hari selama 7-10 hari, atau
-          Amoksilin 3 g p.o sekali/hari selama 1 hari dan Probenesid 1 g p.o sekali sehari selama 1 hari. Dilanjutkan Amoxilin 3 x 500 mg/hari p.o selama 7 hari, atau
-          Tiamfenikol 3,5 g/sekali sehari p.o selama 1 hari. Dilanjutkan 4 x 500 mg/hari p.o selama 7-10 hari, atau
-          Tetrasiklin 4 x 500 mg/hari p.o selam 7-10 hari, atau
-          Doksisiklin 2 x 100 mg/hari p.o selama 7-10 hari, atau
-          Eritromisin 4 x 500 mg/hari p.o selama 7-10 hari.
Ø  Analgesik dan antipiretik.
-          Parasetamol 3 x 500 mg/hari atau
-          Metampiron 3 x 500 mg/hari.

2.      Pengobatan rawat inap.
Pengobatan rawat inap dilakukan kepada penderita radang panggul derajat II dan III.
Obat yang diberikan ialah :
Ø  Antibiotik : sesuai dengan Buku Pedoman Penggunaan Antibiotik.
-          Ampisilin 1g im/iv 4 x sehari selama 5-7 hari dan Gentamisin 1,5 mg – 2,5 mg/kg BB im/iv, 2 x sehari slama 5-7 hari dan Metronidazol 1 g rek. Sup, 2 x sehari selama 5-7 hari atau,
-          Sefalosporin generasi III 1 gr/iv, 2-3 x sehari selama 5-7 hari dan Metronidazol 1 g rek. Sup 2 x sehari selama 5-7 hari.
Ø  Analgesik dan antipiretik.

**GoodLuck**